BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an
merupakan kalam Tuhan yang sudah ditengarai sebagai kalam yang terjamin
keasliannya hingga usia alam ini berakhir. Ia tetap terjaga meski tangan-tangan
kotor kaum muharrifin selalu berusaha merubah kemurniannya. Namun sekian
banyak usaha yang mereka lakukan selalu saja berakhir dengan kegagalan. Hal ini
terbukti dengan masih terpeliharanya keotentikan Al-Qur’an sampai sekarang
-berbeda dengan kitab-kitab yang lain di luar Al-Qur’an- karena disamping
tangan Tuhan sendiri yang berperan langsung, disana juga terlibat hati para
umat Muhammad dalam menjaga dan memelihara keasliannya dari perubahan,
penggantian dan terputusnya sanad. Allah SWT.
Dengan kekuasaan-Nya menjaga al-Qur’an dan menjaganya dari penyelewengan dan
pemalsuan,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ
وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“sesungguhnya Kamilah yang
menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
Berbagai
pembahasan dalam memahami al-Qur’an, diantaranya tentang “rasm” al-Qur’an,
asbabun nuzul, makkiyah-madaniyah, muhkam mutasyabih, nasikh-mansukh dan lain
sebagainya. Pembahasan tentang ilmu al Makky al Madaniy ini penting bagi
mufasir dan mujtahid, karana ternasuk bagian penting dalam mengistimbatkan
hukum dari al-Qur’an. Dengan pemahaman yang benar tentang Makkiy dan Madaniy,
dapat membantu dan menghindarkan dari kesalahan memahami al-Qur’an, baik dalam
menentukan ayat nasikh wal mansukh, mengetahui sejarah syari’at, dan pemantapan
keyakinan akan kebenaran al-Qur’an.
Ilmu
al-Makkiy dan al- Madaniy ini termasuk dalam kategori ilmu riwayat. Oleh
karenanya, ia tidak akan bisa di kuasai dan diketahui kecuali melalui riwayat
dari para sahabat Nabi. Karena paraa sahabatlah yang menyaksikan turunnya
ayat-ayat al-Qur’an, dalam suasana, tempat dan masa tertentu, atau setidaknya
melalui riwayat para tabi’in yang mereka terima dari sahabat Nabi.
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
1.
Apa Pengertian
Makiyyah dan Madaniyah?
2.
Apa Fungsi Ilmu Makki-Madani?
3.
Bagaimana
Aplikasi
dalam Penafsiran Al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Makki-Madani
Secara etimologi al-Makki berasal dari kata Mekkah, sedangkan al
Madani berasal dari Madinah. Kemudian kata al makki dimasuki ya nisbah, sehingga
menjadi al madaniy atau al madaniyah. Al makki atau al makkiyah berarti
bersifat mekkah, atau berasal dari mekkah, sedangkan al madaniy atau al
madaniyah, berarti bersifat Madinah, atau berasal dari Madinah.
Untuk memberikan definisi secara istilahi, ada perbedaan pendapat diantara para ulama
(mufassir). Diantaranya ada mendasarkan atas tiga alasan (teori), ada juga yang
mendasarkan atas empat hal yang menjadi dasar untuk menetapkan batasan istilah
al makkiyah dan al madaniyah. Mereka yang membagi atas tiga alasan adalah
sebagai berikut:
1.
Al
Makkiy adalah surat atau ayat yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya,
walaupun setelah hijrah, sedangkkan al madaniy adalah surat atau ayat yang
turun di Madinah dan sekitarnya.
2.
Al
Makkiy adalah ayat-ayat yang di khitabkan kepada penduduk Mekkah, sedangkan al
madaniy adalah ayat-ayat yang dikhitabkan kepada penduduk Madinah.
3.
Al
Makkiy adalah surat atau ayat-ayat yang turun kepada Nabi Muhammad SAW sebelum
hijrah, sedangkan al madaniy adalah surat atau ayat-ayat yang turun kepada Nabi
Muhammad SAW setelah hijrah. Berdasarkan
definisi diatas, maka ayat yang turun di Mekkah setelah Nabi Hijrah ke Madinah
termasuk dalam kategori ayat-ayat al Madaniyah.[1]
Ada juga ulama yang memberikan batasan pengertian tentang Makkiyah
dan Madaniyah itu berdasarkan empat hal
yaitu: ruang, waktu, subjek dan konten. Adapun penjelasannya adalah:
1.
Para
ulama yang mendasarkan teorinya pada ruang, mengatakan: Makkiyah ialah
surah-surah dan atau ayat-ayat al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi SAW,
ketika sedang berada di Mekkah atau sekitarnya, baik sebelum beliau berhijrah
ke Madinah atau sesudahnya, termasuk dalam kategori ini adalah ayat-ayat yang
diturunkan ketika nabi sedang berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah dan sebagainya.
Sedangkan Al Madaniyah, ialah surat-surat atau ayat-ayat AL Qur’an yang
diturunkan di Madinah dan daerah sekitarnya, termasuk kedalam kelompok ayat ini
adalah ayat-ayat yang diturunkan pada saat Nabi berada di Badar, Uhud, dan
Lain-lain.
`Teori ini memberikan batasan definisi dari sudut pandang tempat
yang tegas, akan tetapi mempunyai kelemahan, yaitu ada beberapa ayat yang tidak
diturunkan di Makkah dan sekitarnya atau di Madinah dan sekitarnya. Seperti
contoh QS. At Taubah 42.
لَوْ كَانَ
عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لَاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ
الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ
يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (42)
Dan QS. Az Zukhruf 45
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا
أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آَلِهَةً يُعْبَدُونَ (45)
Ayat yang pertama diturunkan
di Tabuk tempat yang sangat jauh dari Mekkah. Sedangkan ayat yang kedua turun
di Baitul Makdis Palestina pada saat
nabi menjalani isro mi’roj.
2.
Para ulama yang mendasarkan
teori pada periode waktu mengatakan:
Makiyah adalah surah-surah dan atau ayat- ayat al Qur’an yang diturunkan
sebelum Nabi SAW berhijrah dari Mekkah ke Madinah walaupun ayat-ayat itu
diturunkan diluar Meekkah. Sedangkan
Madaniyyah ialah ayat-ayat al Quran yang diturunkan setelah Nabi SAW
berhijrah ke Madinah meski turunnya di Mekkah atau daerah-daerah lainnya.
Pendapat ini dianggap lebih kafabel karena dapat mencakup keseluruhan
dari ayat-ayat al Quran, sehingga tidak ada satu ayat pun yang di eksepsikan
dari batasan tersebut.
3.
Para ulama yang mendasarkan teorinya
mengacu pada al Mukhotob yaitu: subjek dari surat-surat atau ayat-ayat yang
diturunkan, sehingga member batasan pemaknaan sebagai berikut:
Makiyah adalah surah-surah dan
ayat-ayat yang ditujukan kepada penduduk Makkah. Umumnya ayat-ayat ini dimulai
dengan lafal “yaa ayyuhal kaafiruun, ya ayyuha al naas, yaa Bani Adam.” Sedangkan
Madaniyyah adalah ayat-ayat al Quran yang ditunjukan kepada penduduk Madaniyah.
Ayat-ayat tersebut biasanya di awali dengan” ya ayyuhal lazdina aamanuu”. [2]
Teori ini mengandung beberapa kelemahan karena batasan pengertian
tersebut tidak mencakup surat atau ayat secara keseluruhan. Karena ada beberapa
ayat yang dimulai dengan “ya ayyuha al nas ternyata bukan ayat-ayat al
makiy, tapi al madaniy. Begitu juga di jumpai lafal “ya ayyuhal lazdina
amanu” bukan termasuk ayat al madaniy, tetapi termasuk kategori al makkiy.
4.
Para ulama yang mendasarkan
pengertiannya pada konten ayat-ayat mengatakan:
Makiyyah adalah surat-surat dan atau ayat-ayat al Quran yang menampilkan
cerita-cerita mengenai para nabi dan umat-umat terdahulu, baik menyangkut
kejayaan atau kehancuran (khususnya bagi umat-umat itu). Sedangkan madaniyah
adalah surah-surah dan atau ayat-ayat yang memuat mengenai berbagai ketentuan
hukum seperti hudud, faroidl, dan lain sebagainya.[3]
Pendapat ini memberikan batasan yang tegas sehingga mudah dipahami, akan
tetapi kurang praktis karena untuk memahami suatu ayat kita harus benar-benar
mencermati dahulu kandungan masing-masing ayat.
Berdasarkan
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapat yang paling masyhur adalah
definisi yang didasarkan atas waktu turunya surah-surah atau ayat-ayat al Quran,
yaitu al makkiy adalah surat atau ayat-ayat yang diturunkan sebelum hijrah dan
al madaniy adalah surah-surah atau ayat-ayat al Quran yang diturunkan setelah
hijrah walaupun turunnya di Makkah. Hal ini karena berimplikasi pada aplikasi
penelusuran ayat-ayat yang nasakh wal mansukh, yang mana diutamakan mengetahui waktu turunnya ayat.
Cara
Mengetahui ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah
Untuk mengetahui ciri-ciri khusus surat atau ayat Makkiyah adalah
sebagai berikut:
1.
Berdasar dlabith qiyasi (segi lafal):
a.
Tiap-tiap
surat yang terdapat padanya ayat sajdah.
No
|
Nama Surat
|
Ayat ke
|
No
|
Nama Surat
|
Ayat ke
|
1
|
Al-A’raf
|
206
|
8
|
Al-Naml
|
26
|
2
|
Al-Ra’du
|
15
|
9
|
Al-Sajdah
|
15
|
3
|
Al-Nahl
|
50
|
10
|
Shad
|
24
|
4
|
Al-isra’
|
109
|
11
|
Fushilat
|
38
|
5
|
Maryam
|
58
|
12
|
Al-Najm
|
62
|
6
|
Al-Hajj
|
18&77
|
13
|
Al-Insiqoq
|
21
|
7
|
Al-Furqon
|
60
|
14
|
Al-‘Alaq
|
19
|
b.
Tiap-tiap
surat yang terdapat padanya lafal kalla كلا dalam
Al-Quran ada 33 kali dalam 15 surat yaitu:
No
|
Nama
Surah
|
Ayat
Ke
|
No
|
Nama
Surah
|
Ayat
ke
|
1
|
Maryam
|
79,
82
|
9
|
‘Abasa
|
11,23
|
2
|
Al
Mukminun
|
100
|
10
|
Al
Infithar
|
9
|
3
|
Al
Syu’ara
|
15,
62
|
11
|
Al
Muhafifin
|
7,14,15,18
|
4
|
Saba
|
27
|
12
|
Al
Fajr
|
17,21
|
5
|
Al
Ma’arij
|
15,39
|
13
|
Al
‘alaq
|
6,15,9
|
6
|
Al
Mudasir
|
16,32,53,54
|
14
|
Al
takasur
|
3,4,5
|
7
|
Al
Qiyamah
|
11,20,26
|
15
|
Al
Humazah
|
4
|
8
|
An
Naba
|
4,5
|
|
|
|
c.
Tiap-tiap
surat yang terdapat padannya seruan dengan “Ya ayyuhan naasu” dan tidak
terdapat padanya “ya ayyuhalladziina amanu” adalah surat Makkiyah,
terkecuali surat al Hajji yang diakhirnya terdapat Ya ayyuhalladzina amanu...........................(S.22:
al Hajj ayat 77).
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
d.
Tiap-tiap surat yang terdapat padanya kisah
Nabi-nabi dan umat-umat yang telah lalu, maka surat itu adalah surat makkiyah,
terkecuali surat al Baqoroh.
e.
Tiap-tiap
surat yang terdapat padanya kisah Adam dan iblis, maka surat itu adalah Makkiyah
kecuali surat al Baqarah.
f.
Tiap-tiap
surat yang dimulai dengan huruf al Tahajji, maka surat itu adalah surat
Makkiyah, terkecuali surat al Baqarah dan Ali Imran. Mengenai surat al ra’du
ada dua pendapat jika dilihat dari segi uslub dan temannya, maka dia lebih
tepat kita katakan surat Makkiyah. Sebagian ulama mengatakkan Madaniyah.[4]
2.
Berdasar uslub (gaya bahasa) mempunyai ciri sebagai berikut:
a.
Ayat-ayat
dan surat-suratnya pendek-pendek dibarengi kata-kata yang mngessankan sekali,
pernyataannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras,
menggetarkan hati, dan maknannya pun meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal
sumpah.
b.
Ajakan
kepada tauhid, ibadah kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan
dan hari pembalasan, hari kiamat, surga, neraka, argumentasi terhadap orang
musyrik.
c.
Peletakan
dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak mulia yang menjadi dasar
terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam
penumpahan darah, memakan harta anak yatim serta zalim, menguburkan anak
perempuan hidup-hidup.
d.
Banyak
menyebutkan kisah nabi dan umat-umat terdahulu
sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang
mendustakan sebelum mereka, dan sebagai hiburan bagi Rasulullah sehingga ia tabah
dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.[5]
Untuk mengetahui ciri-ciri
khas surat atau ayat Madaniyah adalah sebagai berikut:
1.
Berdasarkan Dlabith qiyasy (segi lafal):
a.
Tiap-tiap
surat yang di dalamnya ada keizinan perang, atau ada penerangan tentang hal
perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya.
b.
Tiap-tiap
surat yang didalamnya terdapat penjelasan faroid, had, hak-hak perdata,
peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan bidang keperdataan,
kemasyarakatan, dan kenegaraan.
c.
Tiap-tiap
surat yang di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik, dinamakan surat
madaniyah. Terkecuali aurat al ankabut yagn diturunkan di Mekkah. Sebelas ayat
yang pertama adalalh ayat madaniyah , di dalamnya menjelaskan tentang
orang-orang munafik.
d.
Tiap-tiap
surat yang di dalamnya di debat orang-orang ahli kitab dan mereka diajak kepada
tidak berlebih-lebihan dalam beragama seperti kita dapati dalam surat al
baqarah, an nisa, al imran, at taubah, dan lain-lain. Maka surat itu adalah
surat madaniyah.[6]
2.
Berdasarkan uslub (gaya bahasa) dan kontennya
a.
Pada
umumnya surah madaniyah berisi atau berbicara mengenai penetapan hukum-hukum
syari’ah, ibadah, muamalah, sanksi-sanksi dan kewajiban-kewajiban serta hukum
jihad dan atau sosial kemasyarakatan dan lain sebagainya.
b.
Berbicara
masalah orang-orang munafik dalam sifat-sifat mereka, menguak
rahasia-rahasianya, serta menjalankan tipu daya, hasutan-hasutan orang-orang
munafik. Seperti tercantum dalam surat:
1)
QS.
Al Ahzab:12
وَإِذْ
يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ
وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا (12)
2)
QS.
An Nisaa:61
وَإِذَا
قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ
يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
c.
Surah
madaniyah menampilkan sosok orang-orang ahli kitab, Yahudi, Nasrani, dengan
menjelaskan kekeliruan dan penyelewengan-penyelewengan meraka terhadap agama
Allah yang mereka peluk dan kitab-kitab Allah yang mereka ubah. Surat Madaniyah
juga menyingkap sifat-sifat licik mereka yang berusaha memperdaya islam, karena
penduduk Masinah mayoritas penduduknya orang-orang Yahudi dan nasrani,
selanjutnya al Quran menunjukan kepada akidah yang benar dan mengajak mereka
dengan bukti yang jelas dan arrgumentatif.
d.
Surah
Madaniyah berisi hukum-hukum kemasyarakatan, kenegaraan, seperti mengutamakan
prinsip musyawarah, kedisiplinan,
kepemimpinan, pendidikan, pergaulan, dan lain sebagainya.
e.
Surah
Madaniyah berisi hukum keluarga mengenai masalah nikah, talak, hadlanah, nafkah,
dan sebagainya. Juga muamalah seperti jual beli, sewa menyewa, hutang piutang,
gadai dan lain-lain.[7]
Dari ciri-ciri surah Madaniyah dan Makiyah yang
sangat berbeda tersebut, menunjukan bahwa al Quran sangat memperhatikan subjek
yang menjadi lawan bicaranya, jadi khitab yagn disampaikan penduduk Mekaah yang
berkarakter keras, sombong dan hidup di lingkungan yang keras dan Jahiliyah
berbeda dengan khitab yang disampaikan kepada penduduk Madinah dimana
penduduknya sudah baanyak yang beriman, kemudian berkumpulnya hetrogenitas kaum
Yahudi dan Nasrani yang telah beragama, namun telah diselewengkan dari ketauhidan.
Kemudian untuk mengatur tata kehidupan yang mejemuk tentu membutuhkan
hukum-hukum yang menjadi landasan hidup bermasyarakat, brbangsa dan bernegara.
B.
Fungsi Ilmu Makki-Madani
Dengan mempelajari ilmu Makki-Madani baik dari segi
lafal maupun makna maka seorang mufasir dan mujtahid dapat menghindari
kesalahan-kesalahan dalam memahami al Quran. beberapa fungsi dari ilmu
Makki-Madani adalah sebagai berikut:
1.
Membantu
menafsirkan al Quran
Dengan
mengetahui kronologis al quran seorang mufasir dapat memecahkan makna
kontraditif dalam dua ayat yang berbeda, yaitu dengan memecahkan konsep nasikh
dan mansukh yang hanya bisa diketahui
melalui kronologi al Qur’an.[8]
2.
Pedoman
bagi langkah-langkah dakwah
Dengan
ilmu Makkiy dan Madaniy dapat diresapi gaya bahasa Al Qur’an dalam
metode-metode berdakwah menuju jalan Allah. Sebab situasi dan kondisi yang
berbeda harus dihadapi dengan bahasa dan metode tersendiri. Al Quran mempunyai
gaya bahasa yang berbeda ketika menyeru kepada orang-orang beriman, ahli kitab,
orang-orang kafir, munafik, orang
musyrik dan lain-lain.[9]
Periodisasi Makkiyah dan Madaniyah telah memberikan contoh itu.
3.
Untuk
menanamkan keimanan kepada umat dari
sudut sejarah mengenai keabsahan al Quran. karena al Quran sebagai kitab suci
yang diturunkan oleh Allah SWT, dan Allah njaamin akan kemurniannya, bersih
dari penyimpangan dan perubahan. Hal ini mendorong para ulama untuk mengetahui
dan mengkaji asbabun nuzul dari ayat-ayat al Quran, sehingga diketaahui
situasi dan kondisi ketika ayat itu diturunkan, misalnya ayat tertentu
diturunkan siang hari, malam hari, di tempat nabi tinggal, atau dalam
perjalanan pada misim dingin, musim panas dan sebagainya.
4.
Kemudian
dari sejaraah itu juga dapat mengikuti jejak Rosulullah, bagaimana ketika
beliau berdakwah di Makkah dan bagaimana cara beliau berdakwah di Madinah. Ada
keteladanan pada rosulullah dengan kesabarannya, keteguhan hatinya, dalam
memperbaiki kondisi umatnya. Kemudian ketika di Madinah ada keteladanan Jiwa
kepemimpinan Rasulllah SAW yang sangat arif bijaksana, tegas, disiplin, adil
dan bersahaja.
5.
Melalui
ilmu Makki dan Madani dapat diketahui
dan dijelaskan tingkat perhatian kaum muslimin terhadap al Quran termasuk di
dalamnya hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang:
a.
Sejarah
pembentukan sesuatu hukum (tarikh tasyri’)
b.
Hikmah
pensyariatan (hikmah al taasyri’)
c.
Fase-fase
pembebanannya (al tadaruj fi al taklif)
Contoh
pensyariatan hukum keharaman khamar, mula-mula ada di QS al Baqarah:219. Lalu
QS. An Nisa:43, kemudian di tegaskan dalam QS al Maidah:90.
a.
QS.
Al Baqarah 219
يَسْأَلُونَكَ
عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ
وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ
الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
(219)
b.
QS
an Nisa :43
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا
مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا وَإِنْ
كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ
لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا
بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا (43)
c.
QS.
Al Maidah;90
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ
رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
C.
Aplikasi Makki-Madani dalam Penafsiran Al-Quran
Adanya ilmu makki madani dapat diaplikasikan dalam
penafsiran ayat-ayat al Quran, seperti contoh:
1.
Para
ulama menafsirkan ayat-ayat surat al Makki dengan meninjau gaya bahasa dan
suasana ayat ketika ayat tersebut diterima Rasulullah SAW. Misalnya :
إ الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ
إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ
مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا
أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى (النجم : 32)
Yaitu
orang yang menjauhi dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari
kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas ampunanNya. Dan dia
lebih mengetahui (tentang keadaan mu) ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan
ketika kamu masih janin dalam perut ibuu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu
suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa.
As
suyuti mengatakan: perbuatan keji adalah setiap dosa yang ada sanksinya. Dosa-dosa
besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan
kecil adalah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa di atas. Sedang
di Makkah belum ada sanksi yang serupa dengannya. Jadi ayat ini diturunkan di
Madinah tetapi hukumnya Makkiyah.
2.
Ayat
yang diturunkan di Madinah sedang hukumnya Makki. Mereka memberi contoh dengan
surat al Mumtahanah. Surat ini diturunkan di Madinah dilihat dari segi tempat
turunnya : tetapi seruannya ditunjukan kepada orang musyrik penduduk Mekkah,
juga seperti permulaan surat al bara’ah yang diturunkan di Madinah, tetapi
seruannya di tunjukan kepada orang-orang Musyrik penduduk Mekah.
سورة الممتحنة
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ
إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ
الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ
جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ
وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ
فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ (1) إِنْ يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاءً
وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ
تَكْفُرُونَ (2)
3.
Ada
juga ayat-ayat yang masuk kategori surah Madaniyah tetapi ayat tersebut
mempunyai ciri-ciri dan gaya bahasa Makkiyah. Seperti QS al Anfal 32.[10]
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ
الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا
بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32
Dan(
ingatlah) ketika mereka orang –orang
musyrik berkata: “ya Allah jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari
sisi engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, dan datangkanlah
kepada kami azab yang pedih.” Hal ini mengingatkan kepada permintaan kaum
Musyrikin untuk disegerakan azab itu adalah di Makkah.
4.
Ayat
yang turunnya di Makkah sedang hukumnya Madani.contoh QS. Al-Hujurat 13
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
خَبِيرٌ (13)
Ayat
ini diturunkan di Mekah pada hari penaklukan kota Mekah, tapi sebenarnya
Madaniyah karena diturunkan sesudah hijrah, di samping itu, seruannya bersifat
umum. Ayat seperti ini oleh para ulama tidak dinamakan Makki dan tidak juga
dinamakan Madani secara pasti. Tetapi mereka mengatakan ayat yang diturunkan di
Mekkah sedangkan hukumnya Madani.
5.
Ayat
yang dibawa dari Mekkah ke Madinah. Contohnya ialah surat al a’la. Diriwayatkan
oleh Bukhori dari al-Barra bin ‘Azib yang mengatakan:” orang yang pertama kali
datang kepada kami dari para sahabat
Nabi adalah Mus’ab bin ‘Umair dan Ibn Ummi Maktum. Keduanya membacakan Al Quran
kepada kami. Sesudah itu datanglah ‘Amar, Bilal, Sa’d. kemudian datang pula Umar bin Khotob
sebagai orang yang kedua puluh. Baru setelah itu datanglah Nabi. Aku melihat
penduduk Madinah bergembira setelah aku membacakan sabihisma rabbikal a’la
dari antara surah yang semisal dengannya.” Pengertian ini cocok dengan al Quran
yang dibawa oleh golongan Muhajirin, lalu mereka ajarkan kepada kaum ansar.
سَبِّحِ
اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى (1) الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى (2) وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى
(3) وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى (4) فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى (5) سَنُقْرِئُكَ
فَلَا تَنْسَى (6) إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى
(7) وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى (8) فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى (9) سَيَذَّكَّرُ
مَنْ يَخْشَى (10) وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى (11) الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى
(12) ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (13) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى
(14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (51]
6.
Yang
dibawa dari Madinah ke Mekkah. Yaitu awal surat al Bara’ah, yaitu ketika
Rasulullah memerintahkan kepada Abu bakar untuk berhaji pada tahun ke sembilan.
Ketika awal surat al bara’ah turun Nabi memerintahkan Ali Bin Abi Thalib untuk
membawa ayat tersebut kepada Abu Bakar, agar ia sampaikan kepada kaum
Musyrikin. Maka Abu bakar membacakannya kepada mereka dan mengumumkan bahwa
setelah tahun ini tidak seorang musyrikpun diperbolehkan berhaji.
بَرَاءَةٌ
مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (1
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Secara
sederhana didefinisikan bahwa surat al Makkiyah adalah surat-surat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad sebelum hijrah ke Madinah. Sedangkan Al
Madaniayah adalah surat-surat yagn diturunkan kepada Nabi SAW sesudah hijrah ke
Madinah.
Surat
al Makkyah dan al Madaniyah mempunyai ciri-ciri khusus, walaupun ada perbedaan
pendapat diantara para ulama dalam menentukan ciri-ciri khas tersebut. Namun,
ada prinsip bahw ayat Makkiyahbergaya tegas, cendrung keras, mengajak pada
ketauhida. Sedangkan ayat Madaniyah bergaya bahsa datar, cendrung berlogika,
dan ajakannya bersifat persuasive, lebih menguatkan kepada ketauhidan, dan
mencakup tatanan kekeluargaan, sosial dan kenegaraan.
2.
Fungsi
dari ilmu tentang Makiyah dan Madaniah adalah untuk membantu dalam menafsirkan
al Quran, pedoman bagi langkah-langkah dakwah, memberi informasi tentang sirah
kenabian dan lain sebgainya.
3.
Aplikasi
dari Makki-Madani dalam penafsiran al Quran adalah ayat-ayat Makiyah dalam
surat Madaniyah, ayat-ayat Madaniayh dalam surat Makiyah, yang diturunkandi
Mekkah sedangkan hukumnya Madani, yang di diturunkan di Madani sedangkan
hukumnya Makiyah, yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah dalam kelompok
Madani dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, Ulum Al Quran Untuk UIN, Stain,
dan Ptais. Bandung. Pustaka Setia, 2000
Al- Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an
ter Mudzakir. Bogor, Pustaka Litera
Antar Nusa, 2013.
Fadhlol Dkk, Studi Al-Qur’an Teori dan
Metodologi. Yogyakarta, Idea Pres Yogyakarta 2011.
Quthan, Mana’ul, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an I. Jakarta, Rineka Cipta 1993.
Shomiyatun Dkk, Studi Al-Qur’an & Hadis . Yogyakarta, Kopertais Wilayah III UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012.
[1] Ahmad Fadlol
dkk. Studi Al-Quran Teori dan Metodologi (Yogyakarta:,Idea Pres 2011).
Hlm. 69.
[2] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu
Al-Quran terjemahan Mudzakir(Bogor:
Pustaka Lentera Antar Nusa, 2013). Hlm. 85
[4] Ibid,
hlm 76
[5] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu
Al-Quran terjemahan Mudzakir(Bogor:
Pustaka Lentera Antar Nusa, 2013). Hlm. 87.
[7] Ibid halm.76
[8] Manaul Quthan,
Pembahasan Ilmu Al –Quran.(Rineka Cipta). Halm 61.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an
merupakan kalam Tuhan yang sudah ditengarai sebagai kalam yang terjamin
keasliannya hingga usia alam ini berakhir. Ia tetap terjaga meski tangan-tangan
kotor kaum muharrifin selalu berusaha merubah kemurniannya. Namun sekian
banyak usaha yang mereka lakukan selalu saja berakhir dengan kegagalan. Hal ini
terbukti dengan masih terpeliharanya keotentikan Al-Qur’an sampai sekarang
-berbeda dengan kitab-kitab yang lain di luar Al-Qur’an- karena disamping
tangan Tuhan sendiri yang berperan langsung, disana juga terlibat hati para
umat Muhammad dalam menjaga dan memelihara keasliannya dari perubahan,
penggantian dan terputusnya sanad. Allah SWT.
Dengan kekuasaan-Nya menjaga al-Qur’an dan menjaganya dari penyelewengan dan
pemalsuan,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ
وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“sesungguhnya Kamilah yang
menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
Berbagai
pembahasan dalam memahami al-Qur’an, diantaranya tentang “rasm” al-Qur’an,
asbabun nuzul, makkiyah-madaniyah, muhkam mutasyabih, nasikh-mansukh dan lain
sebagainya. Pembahasan tentang ilmu al Makky al Madaniy ini penting bagi
mufasir dan mujtahid, karana ternasuk bagian penting dalam mengistimbatkan
hukum dari al-Qur’an. Dengan pemahaman yang benar tentang Makkiy dan Madaniy,
dapat membantu dan menghindarkan dari kesalahan memahami al-Qur’an, baik dalam
menentukan ayat nasikh wal mansukh, mengetahui sejarah syari’at, dan pemantapan
keyakinan akan kebenaran al-Qur’an.
Ilmu
al-Makkiy dan al- Madaniy ini termasuk dalam kategori ilmu riwayat. Oleh
karenanya, ia tidak akan bisa di kuasai dan diketahui kecuali melalui riwayat
dari para sahabat Nabi. Karena paraa sahabatlah yang menyaksikan turunnya
ayat-ayat al-Qur’an, dalam suasana, tempat dan masa tertentu, atau setidaknya
melalui riwayat para tabi’in yang mereka terima dari sahabat Nabi.
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
1.
Apa Pengertian
Makiyyah dan Madaniyah?
2.
Apa Fungsi Ilmu Makki-Madani?
3.
Bagaimana
Aplikasi
dalam Penafsiran Al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Makki-Madani
Secara etimologi al-Makki berasal dari kata Mekkah, sedangkan al
Madani berasal dari Madinah. Kemudian kata al makki dimasuki ya nisbah, sehingga
menjadi al madaniy atau al madaniyah. Al makki atau al makkiyah berarti
bersifat mekkah, atau berasal dari mekkah, sedangkan al madaniy atau al
madaniyah, berarti bersifat Madinah, atau berasal dari Madinah.
Untuk memberikan definisi secara istilahi, ada perbedaan pendapat diantara para ulama
(mufassir). Diantaranya ada mendasarkan atas tiga alasan (teori), ada juga yang
mendasarkan atas empat hal yang menjadi dasar untuk menetapkan batasan istilah
al makkiyah dan al madaniyah. Mereka yang membagi atas tiga alasan adalah
sebagai berikut:
1.
Al
Makkiy adalah surat atau ayat yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya,
walaupun setelah hijrah, sedangkkan al madaniy adalah surat atau ayat yang
turun di Madinah dan sekitarnya.
2.
Al
Makkiy adalah ayat-ayat yang di khitabkan kepada penduduk Mekkah, sedangkan al
madaniy adalah ayat-ayat yang dikhitabkan kepada penduduk Madinah.
3.
Al
Makkiy adalah surat atau ayat-ayat yang turun kepada Nabi Muhammad SAW sebelum
hijrah, sedangkan al madaniy adalah surat atau ayat-ayat yang turun kepada Nabi
Muhammad SAW setelah hijrah. Berdasarkan
definisi diatas, maka ayat yang turun di Mekkah setelah Nabi Hijrah ke Madinah
termasuk dalam kategori ayat-ayat al Madaniyah.[1]
Ada juga ulama yang memberikan batasan pengertian tentang Makkiyah
dan Madaniyah itu berdasarkan empat hal
yaitu: ruang, waktu, subjek dan konten. Adapun penjelasannya adalah:
1.
Para
ulama yang mendasarkan teorinya pada ruang, mengatakan: Makkiyah ialah
surah-surah dan atau ayat-ayat al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi SAW,
ketika sedang berada di Mekkah atau sekitarnya, baik sebelum beliau berhijrah
ke Madinah atau sesudahnya, termasuk dalam kategori ini adalah ayat-ayat yang
diturunkan ketika nabi sedang berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah dan sebagainya.
Sedangkan Al Madaniyah, ialah surat-surat atau ayat-ayat AL Qur’an yang
diturunkan di Madinah dan daerah sekitarnya, termasuk kedalam kelompok ayat ini
adalah ayat-ayat yang diturunkan pada saat Nabi berada di Badar, Uhud, dan
Lain-lain.
`Teori ini memberikan batasan definisi dari sudut pandang tempat
yang tegas, akan tetapi mempunyai kelemahan, yaitu ada beberapa ayat yang tidak
diturunkan di Makkah dan sekitarnya atau di Madinah dan sekitarnya. Seperti
contoh QS. At Taubah 42.
لَوْ كَانَ
عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لَاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ
الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ
يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (42)
Dan QS. Az Zukhruf 45
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا
أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آَلِهَةً يُعْبَدُونَ (45)
Ayat yang pertama diturunkan
di Tabuk tempat yang sangat jauh dari Mekkah. Sedangkan ayat yang kedua turun
di Baitul Makdis Palestina pada saat
nabi menjalani isro mi’roj.
2.
Para ulama yang mendasarkan
teori pada periode waktu mengatakan:
Makiyah adalah surah-surah dan atau ayat- ayat al Qur’an yang diturunkan
sebelum Nabi SAW berhijrah dari Mekkah ke Madinah walaupun ayat-ayat itu
diturunkan diluar Meekkah. Sedangkan
Madaniyyah ialah ayat-ayat al Quran yang diturunkan setelah Nabi SAW
berhijrah ke Madinah meski turunnya di Mekkah atau daerah-daerah lainnya.
Pendapat ini dianggap lebih kafabel karena dapat mencakup keseluruhan
dari ayat-ayat al Quran, sehingga tidak ada satu ayat pun yang di eksepsikan
dari batasan tersebut.
3.
Para ulama yang mendasarkan teorinya
mengacu pada al Mukhotob yaitu: subjek dari surat-surat atau ayat-ayat yang
diturunkan, sehingga member batasan pemaknaan sebagai berikut:
Makiyah adalah surah-surah dan
ayat-ayat yang ditujukan kepada penduduk Makkah. Umumnya ayat-ayat ini dimulai
dengan lafal “yaa ayyuhal kaafiruun, ya ayyuha al naas, yaa Bani Adam.” Sedangkan
Madaniyyah adalah ayat-ayat al Quran yang ditunjukan kepada penduduk Madaniyah.
Ayat-ayat tersebut biasanya di awali dengan” ya ayyuhal lazdina aamanuu”. [2]
Teori ini mengandung beberapa kelemahan karena batasan pengertian
tersebut tidak mencakup surat atau ayat secara keseluruhan. Karena ada beberapa
ayat yang dimulai dengan “ya ayyuha al nas ternyata bukan ayat-ayat al
makiy, tapi al madaniy. Begitu juga di jumpai lafal “ya ayyuhal lazdina
amanu” bukan termasuk ayat al madaniy, tetapi termasuk kategori al makkiy.
4.
Para ulama yang mendasarkan
pengertiannya pada konten ayat-ayat mengatakan:
Makiyyah adalah surat-surat dan atau ayat-ayat al Quran yang menampilkan
cerita-cerita mengenai para nabi dan umat-umat terdahulu, baik menyangkut
kejayaan atau kehancuran (khususnya bagi umat-umat itu). Sedangkan madaniyah
adalah surah-surah dan atau ayat-ayat yang memuat mengenai berbagai ketentuan
hukum seperti hudud, faroidl, dan lain sebagainya.[3]
Pendapat ini memberikan batasan yang tegas sehingga mudah dipahami, akan
tetapi kurang praktis karena untuk memahami suatu ayat kita harus benar-benar
mencermati dahulu kandungan masing-masing ayat.
Berdasarkan
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapat yang paling masyhur adalah
definisi yang didasarkan atas waktu turunya surah-surah atau ayat-ayat al Quran,
yaitu al makkiy adalah surat atau ayat-ayat yang diturunkan sebelum hijrah dan
al madaniy adalah surah-surah atau ayat-ayat al Quran yang diturunkan setelah
hijrah walaupun turunnya di Makkah. Hal ini karena berimplikasi pada aplikasi
penelusuran ayat-ayat yang nasakh wal mansukh, yang mana diutamakan mengetahui waktu turunnya ayat.
Cara
Mengetahui ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah
Untuk mengetahui ciri-ciri khusus surat atau ayat Makkiyah adalah
sebagai berikut:
1.
Berdasar dlabith qiyasi (segi lafal):
a.
Tiap-tiap
surat yang terdapat padanya ayat sajdah.
No
|
Nama Surat
|
Ayat ke
|
No
|
Nama Surat
|
Ayat ke
|
1
|
Al-A’raf
|
206
|
8
|
Al-Naml
|
26
|
2
|
Al-Ra’du
|
15
|
9
|
Al-Sajdah
|
15
|
3
|
Al-Nahl
|
50
|
10
|
Shad
|
24
|
4
|
Al-isra’
|
109
|
11
|
Fushilat
|
38
|
5
|
Maryam
|
58
|
12
|
Al-Najm
|
62
|
6
|
Al-Hajj
|
18&77
|
13
|
Al-Insiqoq
|
21
|
7
|
Al-Furqon
|
60
|
14
|
Al-‘Alaq
|
19
|
b.
Tiap-tiap
surat yang terdapat padanya lafal kalla كلا dalam
Al-Quran ada 33 kali dalam 15 surat yaitu:
No
|
Nama
Surah
|
Ayat
Ke
|
No
|
Nama
Surah
|
Ayat
ke
|
1
|
Maryam
|
79,
82
|
9
|
‘Abasa
|
11,23
|
2
|
Al
Mukminun
|
100
|
10
|
Al
Infithar
|
9
|
3
|
Al
Syu’ara
|
15,
62
|
11
|
Al
Muhafifin
|
7,14,15,18
|
4
|
Saba
|
27
|
12
|
Al
Fajr
|
17,21
|
5
|
Al
Ma’arij
|
15,39
|
13
|
Al
‘alaq
|
6,15,9
|
6
|
Al
Mudasir
|
16,32,53,54
|
14
|
Al
takasur
|
3,4,5
|
7
|
Al
Qiyamah
|
11,20,26
|
15
|
Al
Humazah
|
4
|
8
|
An
Naba
|
4,5
|
|
|
|
c.
Tiap-tiap
surat yang terdapat padannya seruan dengan “Ya ayyuhan naasu” dan tidak
terdapat padanya “ya ayyuhalladziina amanu” adalah surat Makkiyah,
terkecuali surat al Hajji yang diakhirnya terdapat Ya ayyuhalladzina amanu...........................(S.22:
al Hajj ayat 77).
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
d.
Tiap-tiap surat yang terdapat padanya kisah
Nabi-nabi dan umat-umat yang telah lalu, maka surat itu adalah surat makkiyah,
terkecuali surat al Baqoroh.
e.
Tiap-tiap
surat yang terdapat padanya kisah Adam dan iblis, maka surat itu adalah Makkiyah
kecuali surat al Baqarah.
f.
Tiap-tiap
surat yang dimulai dengan huruf al Tahajji, maka surat itu adalah surat
Makkiyah, terkecuali surat al Baqarah dan Ali Imran. Mengenai surat al ra’du
ada dua pendapat jika dilihat dari segi uslub dan temannya, maka dia lebih
tepat kita katakan surat Makkiyah. Sebagian ulama mengatakkan Madaniyah.[4]
2.
Berdasar uslub (gaya bahasa) mempunyai ciri sebagai berikut:
a.
Ayat-ayat
dan surat-suratnya pendek-pendek dibarengi kata-kata yang mngessankan sekali,
pernyataannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras,
menggetarkan hati, dan maknannya pun meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal
sumpah.
b.
Ajakan
kepada tauhid, ibadah kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan
dan hari pembalasan, hari kiamat, surga, neraka, argumentasi terhadap orang
musyrik.
c.
Peletakan
dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak mulia yang menjadi dasar
terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam
penumpahan darah, memakan harta anak yatim serta zalim, menguburkan anak
perempuan hidup-hidup.
d.
Banyak
menyebutkan kisah nabi dan umat-umat terdahulu
sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang
mendustakan sebelum mereka, dan sebagai hiburan bagi Rasulullah sehingga ia tabah
dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.[5]
Untuk mengetahui ciri-ciri
khas surat atau ayat Madaniyah adalah sebagai berikut:
1.
Berdasarkan Dlabith qiyasy (segi lafal):
a.
Tiap-tiap
surat yang di dalamnya ada keizinan perang, atau ada penerangan tentang hal
perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya.
b.
Tiap-tiap
surat yang didalamnya terdapat penjelasan faroid, had, hak-hak perdata,
peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan bidang keperdataan,
kemasyarakatan, dan kenegaraan.
c.
Tiap-tiap
surat yang di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik, dinamakan surat
madaniyah. Terkecuali aurat al ankabut yagn diturunkan di Mekkah. Sebelas ayat
yang pertama adalalh ayat madaniyah , di dalamnya menjelaskan tentang
orang-orang munafik.
d.
Tiap-tiap
surat yang di dalamnya di debat orang-orang ahli kitab dan mereka diajak kepada
tidak berlebih-lebihan dalam beragama seperti kita dapati dalam surat al
baqarah, an nisa, al imran, at taubah, dan lain-lain. Maka surat itu adalah
surat madaniyah.[6]
2.
Berdasarkan uslub (gaya bahasa) dan kontennya
a.
Pada
umumnya surah madaniyah berisi atau berbicara mengenai penetapan hukum-hukum
syari’ah, ibadah, muamalah, sanksi-sanksi dan kewajiban-kewajiban serta hukum
jihad dan atau sosial kemasyarakatan dan lain sebagainya.
b.
Berbicara
masalah orang-orang munafik dalam sifat-sifat mereka, menguak
rahasia-rahasianya, serta menjalankan tipu daya, hasutan-hasutan orang-orang
munafik. Seperti tercantum dalam surat:
1)
QS.
Al Ahzab:12
وَإِذْ
يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ
وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا (12)
2)
QS.
An Nisaa:61
وَإِذَا
قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ
يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
c.
Surah
madaniyah menampilkan sosok orang-orang ahli kitab, Yahudi, Nasrani, dengan
menjelaskan kekeliruan dan penyelewengan-penyelewengan meraka terhadap agama
Allah yang mereka peluk dan kitab-kitab Allah yang mereka ubah. Surat Madaniyah
juga menyingkap sifat-sifat licik mereka yang berusaha memperdaya islam, karena
penduduk Masinah mayoritas penduduknya orang-orang Yahudi dan nasrani,
selanjutnya al Quran menunjukan kepada akidah yang benar dan mengajak mereka
dengan bukti yang jelas dan arrgumentatif.
d.
Surah
Madaniyah berisi hukum-hukum kemasyarakatan, kenegaraan, seperti mengutamakan
prinsip musyawarah, kedisiplinan,
kepemimpinan, pendidikan, pergaulan, dan lain sebagainya.
e.
Surah
Madaniyah berisi hukum keluarga mengenai masalah nikah, talak, hadlanah, nafkah,
dan sebagainya. Juga muamalah seperti jual beli, sewa menyewa, hutang piutang,
gadai dan lain-lain.[7]
Dari ciri-ciri surah Madaniyah dan Makiyah yang
sangat berbeda tersebut, menunjukan bahwa al Quran sangat memperhatikan subjek
yang menjadi lawan bicaranya, jadi khitab yagn disampaikan penduduk Mekaah yang
berkarakter keras, sombong dan hidup di lingkungan yang keras dan Jahiliyah
berbeda dengan khitab yang disampaikan kepada penduduk Madinah dimana
penduduknya sudah baanyak yang beriman, kemudian berkumpulnya hetrogenitas kaum
Yahudi dan Nasrani yang telah beragama, namun telah diselewengkan dari ketauhidan.
Kemudian untuk mengatur tata kehidupan yang mejemuk tentu membutuhkan
hukum-hukum yang menjadi landasan hidup bermasyarakat, brbangsa dan bernegara.
B.
Fungsi Ilmu Makki-Madani
Dengan mempelajari ilmu Makki-Madani baik dari segi
lafal maupun makna maka seorang mufasir dan mujtahid dapat menghindari
kesalahan-kesalahan dalam memahami al Quran. beberapa fungsi dari ilmu
Makki-Madani adalah sebagai berikut:
1.
Membantu
menafsirkan al Quran
Dengan
mengetahui kronologis al quran seorang mufasir dapat memecahkan makna
kontraditif dalam dua ayat yang berbeda, yaitu dengan memecahkan konsep nasikh
dan mansukh yang hanya bisa diketahui
melalui kronologi al Qur’an.[8]
2.
Pedoman
bagi langkah-langkah dakwah
Dengan
ilmu Makkiy dan Madaniy dapat diresapi gaya bahasa Al Qur’an dalam
metode-metode berdakwah menuju jalan Allah. Sebab situasi dan kondisi yang
berbeda harus dihadapi dengan bahasa dan metode tersendiri. Al Quran mempunyai
gaya bahasa yang berbeda ketika menyeru kepada orang-orang beriman, ahli kitab,
orang-orang kafir, munafik, orang
musyrik dan lain-lain.[9]
Periodisasi Makkiyah dan Madaniyah telah memberikan contoh itu.
3.
Untuk
menanamkan keimanan kepada umat dari
sudut sejarah mengenai keabsahan al Quran. karena al Quran sebagai kitab suci
yang diturunkan oleh Allah SWT, dan Allah njaamin akan kemurniannya, bersih
dari penyimpangan dan perubahan. Hal ini mendorong para ulama untuk mengetahui
dan mengkaji asbabun nuzul dari ayat-ayat al Quran, sehingga diketaahui
situasi dan kondisi ketika ayat itu diturunkan, misalnya ayat tertentu
diturunkan siang hari, malam hari, di tempat nabi tinggal, atau dalam
perjalanan pada misim dingin, musim panas dan sebagainya.
4.
Kemudian
dari sejaraah itu juga dapat mengikuti jejak Rosulullah, bagaimana ketika
beliau berdakwah di Makkah dan bagaimana cara beliau berdakwah di Madinah. Ada
keteladanan pada rosulullah dengan kesabarannya, keteguhan hatinya, dalam
memperbaiki kondisi umatnya. Kemudian ketika di Madinah ada keteladanan Jiwa
kepemimpinan Rasulllah SAW yang sangat arif bijaksana, tegas, disiplin, adil
dan bersahaja.
5.
Melalui
ilmu Makki dan Madani dapat diketahui
dan dijelaskan tingkat perhatian kaum muslimin terhadap al Quran termasuk di
dalamnya hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang:
a.
Sejarah
pembentukan sesuatu hukum (tarikh tasyri’)
b.
Hikmah
pensyariatan (hikmah al taasyri’)
c.
Fase-fase
pembebanannya (al tadaruj fi al taklif)
Contoh
pensyariatan hukum keharaman khamar, mula-mula ada di QS al Baqarah:219. Lalu
QS. An Nisa:43, kemudian di tegaskan dalam QS al Maidah:90.
a.
QS.
Al Baqarah 219
يَسْأَلُونَكَ
عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ
وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ
الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
(219)
b.
QS
an Nisa :43
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا
مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا وَإِنْ
كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ
لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا
بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا (43)
c.
QS.
Al Maidah;90
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ
رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
C.
Aplikasi Makki-Madani dalam Penafsiran Al-Quran
Adanya ilmu makki madani dapat diaplikasikan dalam
penafsiran ayat-ayat al Quran, seperti contoh:
1.
Para
ulama menafsirkan ayat-ayat surat al Makki dengan meninjau gaya bahasa dan
suasana ayat ketika ayat tersebut diterima Rasulullah SAW. Misalnya :
إ الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ
إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ
مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا
أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى (النجم : 32)
Yaitu
orang yang menjauhi dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari
kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas ampunanNya. Dan dia
lebih mengetahui (tentang keadaan mu) ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan
ketika kamu masih janin dalam perut ibuu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu
suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa.
As
suyuti mengatakan: perbuatan keji adalah setiap dosa yang ada sanksinya. Dosa-dosa
besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan
kecil adalah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa di atas. Sedang
di Makkah belum ada sanksi yang serupa dengannya. Jadi ayat ini diturunkan di
Madinah tetapi hukumnya Makkiyah.
2.
Ayat
yang diturunkan di Madinah sedang hukumnya Makki. Mereka memberi contoh dengan
surat al Mumtahanah. Surat ini diturunkan di Madinah dilihat dari segi tempat
turunnya : tetapi seruannya ditunjukan kepada orang musyrik penduduk Mekkah,
juga seperti permulaan surat al bara’ah yang diturunkan di Madinah, tetapi
seruannya di tunjukan kepada orang-orang Musyrik penduduk Mekah.
سورة الممتحنة
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ
إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ
الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ
جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ
وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ
فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ (1) إِنْ يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاءً
وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ
تَكْفُرُونَ (2)
3.
Ada
juga ayat-ayat yang masuk kategori surah Madaniyah tetapi ayat tersebut
mempunyai ciri-ciri dan gaya bahasa Makkiyah. Seperti QS al Anfal 32.[10]
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ
الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا
بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32
Dan(
ingatlah) ketika mereka orang –orang
musyrik berkata: “ya Allah jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari
sisi engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, dan datangkanlah
kepada kami azab yang pedih.” Hal ini mengingatkan kepada permintaan kaum
Musyrikin untuk disegerakan azab itu adalah di Makkah.
4.
Ayat
yang turunnya di Makkah sedang hukumnya Madani.contoh QS. Al-Hujurat 13
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
خَبِيرٌ (13)
Ayat
ini diturunkan di Mekah pada hari penaklukan kota Mekah, tapi sebenarnya
Madaniyah karena diturunkan sesudah hijrah, di samping itu, seruannya bersifat
umum. Ayat seperti ini oleh para ulama tidak dinamakan Makki dan tidak juga
dinamakan Madani secara pasti. Tetapi mereka mengatakan ayat yang diturunkan di
Mekkah sedangkan hukumnya Madani.
5.
Ayat
yang dibawa dari Mekkah ke Madinah. Contohnya ialah surat al a’la. Diriwayatkan
oleh Bukhori dari al-Barra bin ‘Azib yang mengatakan:” orang yang pertama kali
datang kepada kami dari para sahabat
Nabi adalah Mus’ab bin ‘Umair dan Ibn Ummi Maktum. Keduanya membacakan Al Quran
kepada kami. Sesudah itu datanglah ‘Amar, Bilal, Sa’d. kemudian datang pula Umar bin Khotob
sebagai orang yang kedua puluh. Baru setelah itu datanglah Nabi. Aku melihat
penduduk Madinah bergembira setelah aku membacakan sabihisma rabbikal a’la
dari antara surah yang semisal dengannya.” Pengertian ini cocok dengan al Quran
yang dibawa oleh golongan Muhajirin, lalu mereka ajarkan kepada kaum ansar.
سَبِّحِ
اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى (1) الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى (2) وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى
(3) وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى (4) فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى (5) سَنُقْرِئُكَ
فَلَا تَنْسَى (6) إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى
(7) وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى (8) فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى (9) سَيَذَّكَّرُ
مَنْ يَخْشَى (10) وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى (11) الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى
(12) ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (13) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى
(14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (51]
6.
Yang
dibawa dari Madinah ke Mekkah. Yaitu awal surat al Bara’ah, yaitu ketika
Rasulullah memerintahkan kepada Abu bakar untuk berhaji pada tahun ke sembilan.
Ketika awal surat al bara’ah turun Nabi memerintahkan Ali Bin Abi Thalib untuk
membawa ayat tersebut kepada Abu Bakar, agar ia sampaikan kepada kaum
Musyrikin. Maka Abu bakar membacakannya kepada mereka dan mengumumkan bahwa
setelah tahun ini tidak seorang musyrikpun diperbolehkan berhaji.
بَرَاءَةٌ
مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (1
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Secara
sederhana didefinisikan bahwa surat al Makkiyah adalah surat-surat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad sebelum hijrah ke Madinah. Sedangkan Al
Madaniayah adalah surat-surat yagn diturunkan kepada Nabi SAW sesudah hijrah ke
Madinah.
Surat
al Makkyah dan al Madaniyah mempunyai ciri-ciri khusus, walaupun ada perbedaan
pendapat diantara para ulama dalam menentukan ciri-ciri khas tersebut. Namun,
ada prinsip bahw ayat Makkiyahbergaya tegas, cendrung keras, mengajak pada
ketauhida. Sedangkan ayat Madaniyah bergaya bahsa datar, cendrung berlogika,
dan ajakannya bersifat persuasive, lebih menguatkan kepada ketauhidan, dan
mencakup tatanan kekeluargaan, sosial dan kenegaraan.
2.
Fungsi
dari ilmu tentang Makiyah dan Madaniah adalah untuk membantu dalam menafsirkan
al Quran, pedoman bagi langkah-langkah dakwah, memberi informasi tentang sirah
kenabian dan lain sebgainya.
3.
Aplikasi
dari Makki-Madani dalam penafsiran al Quran adalah ayat-ayat Makiyah dalam
surat Madaniyah, ayat-ayat Madaniayh dalam surat Makiyah, yang diturunkandi
Mekkah sedangkan hukumnya Madani, yang di diturunkan di Madani sedangkan
hukumnya Makiyah, yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah dalam kelompok
Madani dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, Ulum Al Quran Untuk UIN, Stain,
dan Ptais. Bandung. Pustaka Setia, 2000
Al- Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an
ter Mudzakir. Bogor, Pustaka Litera
Antar Nusa, 2013.
Fadhlol Dkk, Studi Al-Qur’an Teori dan
Metodologi. Yogyakarta, Idea Pres Yogyakarta 2011.
Quthan, Mana’ul, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an I. Jakarta, Rineka Cipta 1993.
Shomiyatun Dkk, Studi Al-Qur’an & Hadis . Yogyakarta, Kopertais Wilayah III UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012.
[1] Ahmad Fadlol
dkk. Studi Al-Quran Teori dan Metodologi (Yogyakarta:,Idea Pres 2011).
Hlm. 69.
[2] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu
Al-Quran terjemahan Mudzakir(Bogor:
Pustaka Lentera Antar Nusa, 2013). Hlm. 85
[4] Ibid,
hlm 76
[5] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu
Al-Quran terjemahan Mudzakir(Bogor:
Pustaka Lentera Antar Nusa, 2013). Hlm. 87.
[7] Ibid halm.76
[8] Manaul Quthan,
Pembahasan Ilmu Al –Quran.(Rineka Cipta). Halm 61.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an
merupakan kalam Tuhan yang sudah ditengarai sebagai kalam yang terjamin
keasliannya hingga usia alam ini berakhir. Ia tetap terjaga meski tangan-tangan
kotor kaum muharrifin selalu berusaha merubah kemurniannya. Namun sekian
banyak usaha yang mereka lakukan selalu saja berakhir dengan kegagalan. Hal ini
terbukti dengan masih terpeliharanya keotentikan Al-Qur’an sampai sekarang
-berbeda dengan kitab-kitab yang lain di luar Al-Qur’an- karena disamping
tangan Tuhan sendiri yang berperan langsung, disana juga terlibat hati para
umat Muhammad dalam menjaga dan memelihara keasliannya dari perubahan,
penggantian dan terputusnya sanad. Allah SWT.
Dengan kekuasaan-Nya menjaga al-Qur’an dan menjaganya dari penyelewengan dan
pemalsuan,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ
وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“sesungguhnya Kamilah yang
menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
Berbagai
pembahasan dalam memahami al-Qur’an, diantaranya tentang “rasm” al-Qur’an,
asbabun nuzul, makkiyah-madaniyah, muhkam mutasyabih, nasikh-mansukh dan lain
sebagainya. Pembahasan tentang ilmu al Makky al Madaniy ini penting bagi
mufasir dan mujtahid, karana ternasuk bagian penting dalam mengistimbatkan
hukum dari al-Qur’an. Dengan pemahaman yang benar tentang Makkiy dan Madaniy,
dapat membantu dan menghindarkan dari kesalahan memahami al-Qur’an, baik dalam
menentukan ayat nasikh wal mansukh, mengetahui sejarah syari’at, dan pemantapan
keyakinan akan kebenaran al-Qur’an.
Ilmu
al-Makkiy dan al- Madaniy ini termasuk dalam kategori ilmu riwayat. Oleh
karenanya, ia tidak akan bisa di kuasai dan diketahui kecuali melalui riwayat
dari para sahabat Nabi. Karena paraa sahabatlah yang menyaksikan turunnya
ayat-ayat al-Qur’an, dalam suasana, tempat dan masa tertentu, atau setidaknya
melalui riwayat para tabi’in yang mereka terima dari sahabat Nabi.
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
1.
Apa Pengertian
Makiyyah dan Madaniyah?
2.
Apa Fungsi Ilmu Makki-Madani?
3.
Bagaimana
Aplikasi
dalam Penafsiran Al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Makki-Madani
Secara etimologi al-Makki berasal dari kata Mekkah, sedangkan al
Madani berasal dari Madinah. Kemudian kata al makki dimasuki ya nisbah, sehingga
menjadi al madaniy atau al madaniyah. Al makki atau al makkiyah berarti
bersifat mekkah, atau berasal dari mekkah, sedangkan al madaniy atau al
madaniyah, berarti bersifat Madinah, atau berasal dari Madinah.
Untuk memberikan definisi secara istilahi, ada perbedaan pendapat diantara para ulama
(mufassir). Diantaranya ada mendasarkan atas tiga alasan (teori), ada juga yang
mendasarkan atas empat hal yang menjadi dasar untuk menetapkan batasan istilah
al makkiyah dan al madaniyah. Mereka yang membagi atas tiga alasan adalah
sebagai berikut:
1.
Al
Makkiy adalah surat atau ayat yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya,
walaupun setelah hijrah, sedangkkan al madaniy adalah surat atau ayat yang
turun di Madinah dan sekitarnya.
2.
Al
Makkiy adalah ayat-ayat yang di khitabkan kepada penduduk Mekkah, sedangkan al
madaniy adalah ayat-ayat yang dikhitabkan kepada penduduk Madinah.
3.
Al
Makkiy adalah surat atau ayat-ayat yang turun kepada Nabi Muhammad SAW sebelum
hijrah, sedangkan al madaniy adalah surat atau ayat-ayat yang turun kepada Nabi
Muhammad SAW setelah hijrah. Berdasarkan
definisi diatas, maka ayat yang turun di Mekkah setelah Nabi Hijrah ke Madinah
termasuk dalam kategori ayat-ayat al Madaniyah.[1]
Ada juga ulama yang memberikan batasan pengertian tentang Makkiyah
dan Madaniyah itu berdasarkan empat hal
yaitu: ruang, waktu, subjek dan konten. Adapun penjelasannya adalah:
1.
Para
ulama yang mendasarkan teorinya pada ruang, mengatakan: Makkiyah ialah
surah-surah dan atau ayat-ayat al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi SAW,
ketika sedang berada di Mekkah atau sekitarnya, baik sebelum beliau berhijrah
ke Madinah atau sesudahnya, termasuk dalam kategori ini adalah ayat-ayat yang
diturunkan ketika nabi sedang berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah dan sebagainya.
Sedangkan Al Madaniyah, ialah surat-surat atau ayat-ayat AL Qur’an yang
diturunkan di Madinah dan daerah sekitarnya, termasuk kedalam kelompok ayat ini
adalah ayat-ayat yang diturunkan pada saat Nabi berada di Badar, Uhud, dan
Lain-lain.
`Teori ini memberikan batasan definisi dari sudut pandang tempat
yang tegas, akan tetapi mempunyai kelemahan, yaitu ada beberapa ayat yang tidak
diturunkan di Makkah dan sekitarnya atau di Madinah dan sekitarnya. Seperti
contoh QS. At Taubah 42.
لَوْ كَانَ
عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لَاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ
الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ
يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (42)
Dan QS. Az Zukhruf 45
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا
أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آَلِهَةً يُعْبَدُونَ (45)
Ayat yang pertama diturunkan
di Tabuk tempat yang sangat jauh dari Mekkah. Sedangkan ayat yang kedua turun
di Baitul Makdis Palestina pada saat
nabi menjalani isro mi’roj.
2.
Para ulama yang mendasarkan
teori pada periode waktu mengatakan:
Makiyah adalah surah-surah dan atau ayat- ayat al Qur’an yang diturunkan
sebelum Nabi SAW berhijrah dari Mekkah ke Madinah walaupun ayat-ayat itu
diturunkan diluar Meekkah. Sedangkan
Madaniyyah ialah ayat-ayat al Quran yang diturunkan setelah Nabi SAW
berhijrah ke Madinah meski turunnya di Mekkah atau daerah-daerah lainnya.
Pendapat ini dianggap lebih kafabel karena dapat mencakup keseluruhan
dari ayat-ayat al Quran, sehingga tidak ada satu ayat pun yang di eksepsikan
dari batasan tersebut.
3.
Para ulama yang mendasarkan teorinya
mengacu pada al Mukhotob yaitu: subjek dari surat-surat atau ayat-ayat yang
diturunkan, sehingga member batasan pemaknaan sebagai berikut:
Makiyah adalah surah-surah dan
ayat-ayat yang ditujukan kepada penduduk Makkah. Umumnya ayat-ayat ini dimulai
dengan lafal “yaa ayyuhal kaafiruun, ya ayyuha al naas, yaa Bani Adam.” Sedangkan
Madaniyyah adalah ayat-ayat al Quran yang ditunjukan kepada penduduk Madaniyah.
Ayat-ayat tersebut biasanya di awali dengan” ya ayyuhal lazdina aamanuu”. [2]
Teori ini mengandung beberapa kelemahan karena batasan pengertian
tersebut tidak mencakup surat atau ayat secara keseluruhan. Karena ada beberapa
ayat yang dimulai dengan “ya ayyuha al nas ternyata bukan ayat-ayat al
makiy, tapi al madaniy. Begitu juga di jumpai lafal “ya ayyuhal lazdina
amanu” bukan termasuk ayat al madaniy, tetapi termasuk kategori al makkiy.
4.
Para ulama yang mendasarkan
pengertiannya pada konten ayat-ayat mengatakan:
Makiyyah adalah surat-surat dan atau ayat-ayat al Quran yang menampilkan
cerita-cerita mengenai para nabi dan umat-umat terdahulu, baik menyangkut
kejayaan atau kehancuran (khususnya bagi umat-umat itu). Sedangkan madaniyah
adalah surah-surah dan atau ayat-ayat yang memuat mengenai berbagai ketentuan
hukum seperti hudud, faroidl, dan lain sebagainya.[3]
Pendapat ini memberikan batasan yang tegas sehingga mudah dipahami, akan
tetapi kurang praktis karena untuk memahami suatu ayat kita harus benar-benar
mencermati dahulu kandungan masing-masing ayat.
Berdasarkan
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapat yang paling masyhur adalah
definisi yang didasarkan atas waktu turunya surah-surah atau ayat-ayat al Quran,
yaitu al makkiy adalah surat atau ayat-ayat yang diturunkan sebelum hijrah dan
al madaniy adalah surah-surah atau ayat-ayat al Quran yang diturunkan setelah
hijrah walaupun turunnya di Makkah. Hal ini karena berimplikasi pada aplikasi
penelusuran ayat-ayat yang nasakh wal mansukh, yang mana diutamakan mengetahui waktu turunnya ayat.
Cara
Mengetahui ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah
Untuk mengetahui ciri-ciri khusus surat atau ayat Makkiyah adalah
sebagai berikut:
1.
Berdasar dlabith qiyasi (segi lafal):
a.
Tiap-tiap
surat yang terdapat padanya ayat sajdah.
No
|
Nama Surat
|
Ayat ke
|
No
|
Nama Surat
|
Ayat ke
|
1
|
Al-A’raf
|
206
|
8
|
Al-Naml
|
26
|
2
|
Al-Ra’du
|
15
|
9
|
Al-Sajdah
|
15
|
3
|
Al-Nahl
|
50
|
10
|
Shad
|
24
|
4
|
Al-isra’
|
109
|
11
|
Fushilat
|
38
|
5
|
Maryam
|
58
|
12
|
Al-Najm
|
62
|
6
|
Al-Hajj
|
18&77
|
13
|
Al-Insiqoq
|
21
|
7
|
Al-Furqon
|
60
|
14
|
Al-‘Alaq
|
19
|
b.
Tiap-tiap
surat yang terdapat padanya lafal kalla كلا dalam
Al-Quran ada 33 kali dalam 15 surat yaitu:
No
|
Nama
Surah
|
Ayat
Ke
|
No
|
Nama
Surah
|
Ayat
ke
|
1
|
Maryam
|
79,
82
|
9
|
‘Abasa
|
11,23
|
2
|
Al
Mukminun
|
100
|
10
|
Al
Infithar
|
9
|
3
|
Al
Syu’ara
|
15,
62
|
11
|
Al
Muhafifin
|
7,14,15,18
|
4
|
Saba
|
27
|
12
|
Al
Fajr
|
17,21
|
5
|
Al
Ma’arij
|
15,39
|
13
|
Al
‘alaq
|
6,15,9
|
6
|
Al
Mudasir
|
16,32,53,54
|
14
|
Al
takasur
|
3,4,5
|
7
|
Al
Qiyamah
|
11,20,26
|
15
|
Al
Humazah
|
4
|
8
|
An
Naba
|
4,5
|
|
|
|
c.
Tiap-tiap
surat yang terdapat padannya seruan dengan “Ya ayyuhan naasu” dan tidak
terdapat padanya “ya ayyuhalladziina amanu” adalah surat Makkiyah,
terkecuali surat al Hajji yang diakhirnya terdapat Ya ayyuhalladzina amanu...........................(S.22:
al Hajj ayat 77).
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
d.
Tiap-tiap surat yang terdapat padanya kisah
Nabi-nabi dan umat-umat yang telah lalu, maka surat itu adalah surat makkiyah,
terkecuali surat al Baqoroh.
e.
Tiap-tiap
surat yang terdapat padanya kisah Adam dan iblis, maka surat itu adalah Makkiyah
kecuali surat al Baqarah.
f.
Tiap-tiap
surat yang dimulai dengan huruf al Tahajji, maka surat itu adalah surat
Makkiyah, terkecuali surat al Baqarah dan Ali Imran. Mengenai surat al ra’du
ada dua pendapat jika dilihat dari segi uslub dan temannya, maka dia lebih
tepat kita katakan surat Makkiyah. Sebagian ulama mengatakkan Madaniyah.[4]
2.
Berdasar uslub (gaya bahasa) mempunyai ciri sebagai berikut:
a.
Ayat-ayat
dan surat-suratnya pendek-pendek dibarengi kata-kata yang mngessankan sekali,
pernyataannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras,
menggetarkan hati, dan maknannya pun meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal
sumpah.
b.
Ajakan
kepada tauhid, ibadah kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan
dan hari pembalasan, hari kiamat, surga, neraka, argumentasi terhadap orang
musyrik.
c.
Peletakan
dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak mulia yang menjadi dasar
terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam
penumpahan darah, memakan harta anak yatim serta zalim, menguburkan anak
perempuan hidup-hidup.
d.
Banyak
menyebutkan kisah nabi dan umat-umat terdahulu
sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang
mendustakan sebelum mereka, dan sebagai hiburan bagi Rasulullah sehingga ia tabah
dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.[5]
Untuk mengetahui ciri-ciri
khas surat atau ayat Madaniyah adalah sebagai berikut:
1.
Berdasarkan Dlabith qiyasy (segi lafal):
a.
Tiap-tiap
surat yang di dalamnya ada keizinan perang, atau ada penerangan tentang hal
perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya.
b.
Tiap-tiap
surat yang didalamnya terdapat penjelasan faroid, had, hak-hak perdata,
peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan bidang keperdataan,
kemasyarakatan, dan kenegaraan.
c.
Tiap-tiap
surat yang di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik, dinamakan surat
madaniyah. Terkecuali aurat al ankabut yagn diturunkan di Mekkah. Sebelas ayat
yang pertama adalalh ayat madaniyah , di dalamnya menjelaskan tentang
orang-orang munafik.
d.
Tiap-tiap
surat yang di dalamnya di debat orang-orang ahli kitab dan mereka diajak kepada
tidak berlebih-lebihan dalam beragama seperti kita dapati dalam surat al
baqarah, an nisa, al imran, at taubah, dan lain-lain. Maka surat itu adalah
surat madaniyah.[6]
2.
Berdasarkan uslub (gaya bahasa) dan kontennya
a.
Pada
umumnya surah madaniyah berisi atau berbicara mengenai penetapan hukum-hukum
syari’ah, ibadah, muamalah, sanksi-sanksi dan kewajiban-kewajiban serta hukum
jihad dan atau sosial kemasyarakatan dan lain sebagainya.
b.
Berbicara
masalah orang-orang munafik dalam sifat-sifat mereka, menguak
rahasia-rahasianya, serta menjalankan tipu daya, hasutan-hasutan orang-orang
munafik. Seperti tercantum dalam surat:
1)
QS.
Al Ahzab:12
وَإِذْ
يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ
وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا (12)
2)
QS.
An Nisaa:61
وَإِذَا
قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ
يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
c.
Surah
madaniyah menampilkan sosok orang-orang ahli kitab, Yahudi, Nasrani, dengan
menjelaskan kekeliruan dan penyelewengan-penyelewengan meraka terhadap agama
Allah yang mereka peluk dan kitab-kitab Allah yang mereka ubah. Surat Madaniyah
juga menyingkap sifat-sifat licik mereka yang berusaha memperdaya islam, karena
penduduk Masinah mayoritas penduduknya orang-orang Yahudi dan nasrani,
selanjutnya al Quran menunjukan kepada akidah yang benar dan mengajak mereka
dengan bukti yang jelas dan arrgumentatif.
d.
Surah
Madaniyah berisi hukum-hukum kemasyarakatan, kenegaraan, seperti mengutamakan
prinsip musyawarah, kedisiplinan,
kepemimpinan, pendidikan, pergaulan, dan lain sebagainya.
e.
Surah
Madaniyah berisi hukum keluarga mengenai masalah nikah, talak, hadlanah, nafkah,
dan sebagainya. Juga muamalah seperti jual beli, sewa menyewa, hutang piutang,
gadai dan lain-lain.[7]
Dari ciri-ciri surah Madaniyah dan Makiyah yang
sangat berbeda tersebut, menunjukan bahwa al Quran sangat memperhatikan subjek
yang menjadi lawan bicaranya, jadi khitab yagn disampaikan penduduk Mekaah yang
berkarakter keras, sombong dan hidup di lingkungan yang keras dan Jahiliyah
berbeda dengan khitab yang disampaikan kepada penduduk Madinah dimana
penduduknya sudah baanyak yang beriman, kemudian berkumpulnya hetrogenitas kaum
Yahudi dan Nasrani yang telah beragama, namun telah diselewengkan dari ketauhidan.
Kemudian untuk mengatur tata kehidupan yang mejemuk tentu membutuhkan
hukum-hukum yang menjadi landasan hidup bermasyarakat, brbangsa dan bernegara.
B.
Fungsi Ilmu Makki-Madani
Dengan mempelajari ilmu Makki-Madani baik dari segi
lafal maupun makna maka seorang mufasir dan mujtahid dapat menghindari
kesalahan-kesalahan dalam memahami al Quran. beberapa fungsi dari ilmu
Makki-Madani adalah sebagai berikut:
1.
Membantu
menafsirkan al Quran
Dengan
mengetahui kronologis al quran seorang mufasir dapat memecahkan makna
kontraditif dalam dua ayat yang berbeda, yaitu dengan memecahkan konsep nasikh
dan mansukh yang hanya bisa diketahui
melalui kronologi al Qur’an.[8]
2.
Pedoman
bagi langkah-langkah dakwah
Dengan
ilmu Makkiy dan Madaniy dapat diresapi gaya bahasa Al Qur’an dalam
metode-metode berdakwah menuju jalan Allah. Sebab situasi dan kondisi yang
berbeda harus dihadapi dengan bahasa dan metode tersendiri. Al Quran mempunyai
gaya bahasa yang berbeda ketika menyeru kepada orang-orang beriman, ahli kitab,
orang-orang kafir, munafik, orang
musyrik dan lain-lain.[9]
Periodisasi Makkiyah dan Madaniyah telah memberikan contoh itu.
3.
Untuk
menanamkan keimanan kepada umat dari
sudut sejarah mengenai keabsahan al Quran. karena al Quran sebagai kitab suci
yang diturunkan oleh Allah SWT, dan Allah njaamin akan kemurniannya, bersih
dari penyimpangan dan perubahan. Hal ini mendorong para ulama untuk mengetahui
dan mengkaji asbabun nuzul dari ayat-ayat al Quran, sehingga diketaahui
situasi dan kondisi ketika ayat itu diturunkan, misalnya ayat tertentu
diturunkan siang hari, malam hari, di tempat nabi tinggal, atau dalam
perjalanan pada misim dingin, musim panas dan sebagainya.
4.
Kemudian
dari sejaraah itu juga dapat mengikuti jejak Rosulullah, bagaimana ketika
beliau berdakwah di Makkah dan bagaimana cara beliau berdakwah di Madinah. Ada
keteladanan pada rosulullah dengan kesabarannya, keteguhan hatinya, dalam
memperbaiki kondisi umatnya. Kemudian ketika di Madinah ada keteladanan Jiwa
kepemimpinan Rasulllah SAW yang sangat arif bijaksana, tegas, disiplin, adil
dan bersahaja.
5.
Melalui
ilmu Makki dan Madani dapat diketahui
dan dijelaskan tingkat perhatian kaum muslimin terhadap al Quran termasuk di
dalamnya hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang:
a.
Sejarah
pembentukan sesuatu hukum (tarikh tasyri’)
b.
Hikmah
pensyariatan (hikmah al taasyri’)
c.
Fase-fase
pembebanannya (al tadaruj fi al taklif)
Contoh
pensyariatan hukum keharaman khamar, mula-mula ada di QS al Baqarah:219. Lalu
QS. An Nisa:43, kemudian di tegaskan dalam QS al Maidah:90.
a.
QS.
Al Baqarah 219
يَسْأَلُونَكَ
عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ
وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ
الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
(219)
b.
QS
an Nisa :43
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا
مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا وَإِنْ
كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ
لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا
بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا (43)
c.
QS.
Al Maidah;90
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ
رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
C.
Aplikasi Makki-Madani dalam Penafsiran Al-Quran
Adanya ilmu makki madani dapat diaplikasikan dalam
penafsiran ayat-ayat al Quran, seperti contoh:
1.
Para
ulama menafsirkan ayat-ayat surat al Makki dengan meninjau gaya bahasa dan
suasana ayat ketika ayat tersebut diterima Rasulullah SAW. Misalnya :
إ الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ
إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ
مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا
أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى (النجم : 32)
Yaitu
orang yang menjauhi dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari
kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas ampunanNya. Dan dia
lebih mengetahui (tentang keadaan mu) ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan
ketika kamu masih janin dalam perut ibuu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu
suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa.
As
suyuti mengatakan: perbuatan keji adalah setiap dosa yang ada sanksinya. Dosa-dosa
besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan
kecil adalah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa di atas. Sedang
di Makkah belum ada sanksi yang serupa dengannya. Jadi ayat ini diturunkan di
Madinah tetapi hukumnya Makkiyah.
2.
Ayat
yang diturunkan di Madinah sedang hukumnya Makki. Mereka memberi contoh dengan
surat al Mumtahanah. Surat ini diturunkan di Madinah dilihat dari segi tempat
turunnya : tetapi seruannya ditunjukan kepada orang musyrik penduduk Mekkah,
juga seperti permulaan surat al bara’ah yang diturunkan di Madinah, tetapi
seruannya di tunjukan kepada orang-orang Musyrik penduduk Mekah.
سورة الممتحنة
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ
إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ
الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ
جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ
وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ
فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ (1) إِنْ يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاءً
وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ
تَكْفُرُونَ (2)
3.
Ada
juga ayat-ayat yang masuk kategori surah Madaniyah tetapi ayat tersebut
mempunyai ciri-ciri dan gaya bahasa Makkiyah. Seperti QS al Anfal 32.[10]
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ
الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا
بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32
Dan(
ingatlah) ketika mereka orang –orang
musyrik berkata: “ya Allah jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari
sisi engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, dan datangkanlah
kepada kami azab yang pedih.” Hal ini mengingatkan kepada permintaan kaum
Musyrikin untuk disegerakan azab itu adalah di Makkah.
4.
Ayat
yang turunnya di Makkah sedang hukumnya Madani.contoh QS. Al-Hujurat 13
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
خَبِيرٌ (13)
Ayat
ini diturunkan di Mekah pada hari penaklukan kota Mekah, tapi sebenarnya
Madaniyah karena diturunkan sesudah hijrah, di samping itu, seruannya bersifat
umum. Ayat seperti ini oleh para ulama tidak dinamakan Makki dan tidak juga
dinamakan Madani secara pasti. Tetapi mereka mengatakan ayat yang diturunkan di
Mekkah sedangkan hukumnya Madani.
5.
Ayat
yang dibawa dari Mekkah ke Madinah. Contohnya ialah surat al a’la. Diriwayatkan
oleh Bukhori dari al-Barra bin ‘Azib yang mengatakan:” orang yang pertama kali
datang kepada kami dari para sahabat
Nabi adalah Mus’ab bin ‘Umair dan Ibn Ummi Maktum. Keduanya membacakan Al Quran
kepada kami. Sesudah itu datanglah ‘Amar, Bilal, Sa’d. kemudian datang pula Umar bin Khotob
sebagai orang yang kedua puluh. Baru setelah itu datanglah Nabi. Aku melihat
penduduk Madinah bergembira setelah aku membacakan sabihisma rabbikal a’la
dari antara surah yang semisal dengannya.” Pengertian ini cocok dengan al Quran
yang dibawa oleh golongan Muhajirin, lalu mereka ajarkan kepada kaum ansar.
سَبِّحِ
اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى (1) الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى (2) وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى
(3) وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى (4) فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى (5) سَنُقْرِئُكَ
فَلَا تَنْسَى (6) إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى
(7) وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى (8) فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى (9) سَيَذَّكَّرُ
مَنْ يَخْشَى (10) وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى (11) الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى
(12) ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (13) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى
(14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (51]
6.
Yang
dibawa dari Madinah ke Mekkah. Yaitu awal surat al Bara’ah, yaitu ketika
Rasulullah memerintahkan kepada Abu bakar untuk berhaji pada tahun ke sembilan.
Ketika awal surat al bara’ah turun Nabi memerintahkan Ali Bin Abi Thalib untuk
membawa ayat tersebut kepada Abu Bakar, agar ia sampaikan kepada kaum
Musyrikin. Maka Abu bakar membacakannya kepada mereka dan mengumumkan bahwa
setelah tahun ini tidak seorang musyrikpun diperbolehkan berhaji.
بَرَاءَةٌ
مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (1
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Secara
sederhana didefinisikan bahwa surat al Makkiyah adalah surat-surat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad sebelum hijrah ke Madinah. Sedangkan Al
Madaniayah adalah surat-surat yagn diturunkan kepada Nabi SAW sesudah hijrah ke
Madinah.
Surat
al Makkyah dan al Madaniyah mempunyai ciri-ciri khusus, walaupun ada perbedaan
pendapat diantara para ulama dalam menentukan ciri-ciri khas tersebut. Namun,
ada prinsip bahw ayat Makkiyahbergaya tegas, cendrung keras, mengajak pada
ketauhida. Sedangkan ayat Madaniyah bergaya bahsa datar, cendrung berlogika,
dan ajakannya bersifat persuasive, lebih menguatkan kepada ketauhidan, dan
mencakup tatanan kekeluargaan, sosial dan kenegaraan.
2.
Fungsi
dari ilmu tentang Makiyah dan Madaniah adalah untuk membantu dalam menafsirkan
al Quran, pedoman bagi langkah-langkah dakwah, memberi informasi tentang sirah
kenabian dan lain sebgainya.
3.
Aplikasi
dari Makki-Madani dalam penafsiran al Quran adalah ayat-ayat Makiyah dalam
surat Madaniyah, ayat-ayat Madaniayh dalam surat Makiyah, yang diturunkandi
Mekkah sedangkan hukumnya Madani, yang di diturunkan di Madani sedangkan
hukumnya Makiyah, yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah dalam kelompok
Madani dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, Ulum Al Quran Untuk UIN, Stain,
dan Ptais. Bandung. Pustaka Setia, 2000
Al- Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an
ter Mudzakir. Bogor, Pustaka Litera
Antar Nusa, 2013.
Fadhlol Dkk, Studi Al-Qur’an Teori dan
Metodologi. Yogyakarta, Idea Pres Yogyakarta 2011.
Quthan, Mana’ul, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an I. Jakarta, Rineka Cipta 1993.
Shomiyatun Dkk, Studi Al-Qur’an & Hadis . Yogyakarta, Kopertais Wilayah III UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012.
[1] Ahmad Fadlol
dkk. Studi Al-Quran Teori dan Metodologi (Yogyakarta:,Idea Pres 2011).
Hlm. 69.
[2] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu
Al-Quran terjemahan Mudzakir(Bogor:
Pustaka Lentera Antar Nusa, 2013). Hlm. 85
[4] Ibid,
hlm 76
[5] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu
Al-Quran terjemahan Mudzakir(Bogor:
Pustaka Lentera Antar Nusa, 2013). Hlm. 87.
[7] Ibid halm.76
[8] Manaul Quthan,
Pembahasan Ilmu Al –Quran.(Rineka Cipta). Halm 61.
[10] Manna Khalil al
Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al Quran,,,...........halm 76.vvv
Tidak ada komentar:
Posting Komentar