Sabtu, 15 November 2014

ilmu makki dan Madaniy

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kalam Tuhan yang sudah ditengarai sebagai kalam yang terjamin keasliannya hingga usia alam ini berakhir. Ia tetap terjaga meski tangan-tangan kotor kaum muharrifin selalu berusaha merubah kemurniannya. Namun sekian banyak usaha yang mereka lakukan selalu saja berakhir dengan kegagalan. Hal ini terbukti dengan masih terpeliharanya keotentikan Al-Qur’an sampai sekarang -berbeda dengan kitab-kitab yang lain di luar Al-Qur’an- karena disamping tangan Tuhan sendiri yang berperan langsung, disana juga terlibat hati para umat Muhammad dalam menjaga dan memelihara keasliannya dari perubahan, penggantian dan terputusnya sanad. Allah SWT. Dengan kekuasaan-Nya menjaga al-Qur’an dan menjaganya dari penyelewengan dan pemalsuan,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
Berbagai pembahasan dalam memahami al-Qur’an, diantaranya tentang “rasm” al-Qur’an, asbabun nuzul, makkiyah-madaniyah, muhkam mutasyabih, nasikh-mansukh dan lain sebagainya. Pembahasan tentang ilmu al Makky al Madaniy ini penting bagi mufasir dan mujtahid, karana ternasuk bagian penting dalam mengistimbatkan hukum dari al-Qur’an. Dengan pemahaman yang benar tentang Makkiy dan Madaniy, dapat membantu dan menghindarkan dari kesalahan memahami al-Qur’an, baik dalam menentukan ayat nasikh wal mansukh, mengetahui sejarah syari’at, dan pemantapan keyakinan akan kebenaran al-Qur’an.
Ilmu al-Makkiy dan al- Madaniy ini termasuk dalam kategori ilmu riwayat. Oleh karenanya, ia tidak akan bisa di kuasai dan diketahui kecuali melalui riwayat dari para sahabat Nabi. Karena paraa sahabatlah yang menyaksikan turunnya ayat-ayat al-Qur’an, dalam suasana, tempat dan masa tertentu, atau setidaknya melalui riwayat para tabi’in yang mereka terima dari sahabat Nabi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
1.      Apa Pengertian Makiyyah dan Madaniyah?
2.      Apa Fungsi Ilmu Makki-Madani?
3.      Bagaimana Aplikasi  dalam Penafsiran Al-Qur’an?


















BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Makki-Madani
Secara etimologi al-Makki berasal dari kata Mekkah, sedangkan al Madani berasal dari Madinah. Kemudian kata al makki dimasuki ya nisbah, sehingga menjadi al madaniy atau al madaniyah. Al makki atau al makkiyah berarti bersifat mekkah, atau berasal dari mekkah, sedangkan al madaniy atau al madaniyah, berarti bersifat Madinah, atau berasal dari Madinah.
Untuk memberikan definisi secara istilahi,  ada perbedaan pendapat diantara para ulama (mufassir). Diantaranya ada mendasarkan atas tiga alasan (teori), ada juga yang mendasarkan atas empat hal yang menjadi dasar untuk menetapkan batasan istilah al makkiyah dan al madaniyah. Mereka yang membagi atas tiga alasan adalah sebagai berikut:
1.      Al Makkiy adalah surat atau ayat yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya, walaupun setelah hijrah, sedangkkan al madaniy adalah surat atau ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya.
2.      Al Makkiy adalah ayat-ayat yang di khitabkan kepada penduduk Mekkah, sedangkan al madaniy adalah ayat-ayat yang dikhitabkan kepada penduduk Madinah.
3.      Al Makkiy adalah surat atau ayat-ayat yang turun kepada Nabi Muhammad SAW sebelum hijrah, sedangkan al madaniy adalah surat atau ayat-ayat yang turun kepada Nabi Muhammad  SAW setelah hijrah. Berdasarkan definisi diatas, maka ayat yang turun di Mekkah setelah Nabi Hijrah ke Madinah termasuk dalam kategori ayat-ayat al Madaniyah.[1]
Ada juga ulama yang memberikan batasan pengertian tentang Makkiyah dan Madaniyah itu berdasarkan  empat hal yaitu: ruang, waktu, subjek dan konten. Adapun penjelasannya adalah:
1.        Para ulama yang mendasarkan teorinya pada ruang, mengatakan: Makkiyah ialah surah-surah dan atau ayat-ayat al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi SAW, ketika sedang berada di Mekkah atau sekitarnya, baik sebelum beliau berhijrah ke Madinah atau sesudahnya, termasuk dalam kategori ini adalah ayat-ayat yang diturunkan ketika nabi sedang berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah dan sebagainya. Sedangkan Al Madaniyah, ialah surat-surat atau ayat-ayat AL Qur’an yang diturunkan di Madinah dan daerah sekitarnya, termasuk kedalam kelompok ayat ini adalah ayat-ayat yang diturunkan pada saat Nabi berada di Badar, Uhud, dan Lain-lain.
`Teori ini memberikan batasan definisi dari sudut pandang tempat yang tegas, akan tetapi mempunyai kelemahan, yaitu ada beberapa ayat yang tidak diturunkan di Makkah dan sekitarnya atau di Madinah dan sekitarnya. Seperti contoh QS. At Taubah 42.
لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لَاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (42)
Dan QS. Az Zukhruf 45
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آَلِهَةً يُعْبَدُونَ (45)
Ayat yang pertama diturunkan di Tabuk tempat yang sangat jauh dari Mekkah. Sedangkan ayat yang kedua turun di Baitul  Makdis Palestina pada saat nabi menjalani isro mi’roj.
2.        Para ulama yang mendasarkan teori pada periode waktu mengatakan:
Makiyah adalah surah-surah dan atau ayat- ayat al Qur’an yang diturunkan sebelum Nabi SAW berhijrah dari Mekkah ke Madinah walaupun ayat-ayat itu diturunkan diluar Meekkah. Sedangkan  Madaniyyah ialah ayat-ayat al Quran yang diturunkan setelah Nabi SAW berhijrah ke Madinah meski turunnya di Mekkah atau daerah-daerah lainnya.
Pendapat ini dianggap lebih kafabel karena dapat mencakup keseluruhan dari ayat-ayat al Quran, sehingga tidak ada satu ayat pun yang di eksepsikan dari batasan tersebut.
3.        Para ulama yang mendasarkan teorinya mengacu pada al Mukhotob yaitu: subjek dari surat-surat atau ayat-ayat yang diturunkan, sehingga member batasan pemaknaan sebagai berikut:
Makiyah adalah surah-surah dan  ayat-ayat yang ditujukan kepada penduduk Makkah. Umumnya ayat-ayat ini dimulai dengan lafal “yaa ayyuhal kaafiruun, ya ayyuha al naas, yaa Bani Adam.” Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat al Quran yang ditunjukan kepada penduduk Madaniyah. Ayat-ayat tersebut biasanya di awali dengan” ya ayyuhal lazdina aamanuu”. [2]
Teori ini mengandung beberapa kelemahan karena batasan pengertian tersebut tidak mencakup surat atau ayat secara keseluruhan. Karena ada beberapa ayat yang dimulai dengan “ya ayyuha al nas ternyata bukan ayat-ayat al makiy, tapi al madaniy. Begitu juga di jumpai lafal “ya ayyuhal lazdina amanu” bukan termasuk ayat al madaniy, tetapi termasuk kategori al makkiy.
4.        Para ulama yang mendasarkan pengertiannya pada konten ayat-ayat mengatakan:
Makiyyah adalah surat-surat dan atau ayat-ayat al Quran yang menampilkan cerita-cerita mengenai para nabi dan umat-umat terdahulu, baik menyangkut kejayaan atau kehancuran (khususnya bagi umat-umat itu). Sedangkan madaniyah adalah surah-surah dan atau ayat-ayat yang memuat mengenai berbagai ketentuan hukum seperti hudud, faroidl, dan lain sebagainya.[3]
Pendapat ini memberikan batasan yang tegas sehingga mudah dipahami, akan tetapi kurang praktis karena untuk memahami suatu ayat kita harus benar-benar mencermati dahulu kandungan masing-masing ayat.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapat yang paling masyhur adalah definisi yang didasarkan atas waktu turunya surah-surah atau ayat-ayat al Quran, yaitu al makkiy adalah surat atau ayat-ayat yang diturunkan sebelum hijrah dan al madaniy adalah surah-surah atau ayat-ayat al Quran yang diturunkan setelah hijrah walaupun turunnya di Makkah. Hal ini karena berimplikasi pada aplikasi penelusuran ayat-ayat yang nasakh wal mansukh, yang mana diutamakan mengetahui waktu turunnya ayat.
Cara Mengetahui ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah
Untuk mengetahui ciri-ciri khusus surat atau ayat Makkiyah adalah sebagai berikut:
1.      Berdasar dlabith qiyasi (segi lafal):
a.       Tiap-tiap surat yang terdapat padanya ayat sajdah.
No
Nama Surat
Ayat ke
No
Nama Surat
Ayat ke
1
Al-A’raf
206
8
Al-Naml
26
2
Al-Ra’du
15
9
Al-Sajdah
15
3
Al-Nahl
50
10
Shad
24
4
Al-isra’
109
11
Fushilat
38
5
Maryam
58
12
Al-Najm
62
6
Al-Hajj
18&77
13
Al-Insiqoq
21
7
Al-Furqon
60
14
Al-‘Alaq
19

b.      Tiap-tiap surat yang terdapat padanya lafal kalla كلا  dalam Al-Quran ada 33 kali dalam 15 surat yaitu:
No
Nama Surah
Ayat Ke
No
Nama Surah
Ayat ke
1
Maryam
79, 82
9
‘Abasa
11,23
2
Al Mukminun
100
10
Al Infithar
9
3
Al Syu’ara
15, 62
11
Al Muhafifin
7,14,15,18
4
Saba
27
12
Al Fajr
17,21
5
Al Ma’arij
15,39
13
Al ‘alaq
6,15,9
6
Al Mudasir
16,32,53,54
14
Al takasur
3,4,5
7
Al Qiyamah
11,20,26
15
Al Humazah
4
8
An Naba
4,5




c.       Tiap-tiap surat yang terdapat padannya seruan dengan “Ya ayyuhan naasu” dan tidak terdapat padanya “ya ayyuhalladziina amanu” adalah surat Makkiyah, terkecuali surat al Hajji yang diakhirnya terdapat Ya ayyuhalladzina amanu...........................(S.22: al Hajj ayat 77).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
d.       Tiap-tiap surat yang terdapat padanya kisah Nabi-nabi dan umat-umat yang telah lalu, maka surat itu adalah surat makkiyah, terkecuali surat al Baqoroh.
e.       Tiap-tiap surat yang terdapat padanya kisah Adam dan iblis, maka surat itu adalah Makkiyah kecuali surat al Baqarah.
f.       Tiap-tiap surat yang dimulai dengan huruf al Tahajji, maka surat itu adalah surat Makkiyah, terkecuali surat al Baqarah dan Ali Imran. Mengenai surat al ra’du ada dua pendapat jika dilihat dari segi uslub dan temannya, maka dia lebih tepat kita katakan surat Makkiyah. Sebagian ulama mengatakkan Madaniyah.[4]
2.      Berdasar uslub (gaya bahasa) mempunyai ciri sebagai berikut:
a.       Ayat-ayat dan surat-suratnya pendek-pendek dibarengi kata-kata yang mngessankan sekali, pernyataannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hati, dan maknannya pun meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah.
b.      Ajakan kepada tauhid, ibadah kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat, surga, neraka, argumentasi terhadap orang musyrik.
c.       Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak mulia yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim serta zalim, menguburkan anak perempuan hidup-hidup.
d.      Banyak menyebutkan kisah nabi dan umat-umat terdahulu  sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka, dan sebagai hiburan bagi Rasulullah sehingga ia tabah dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.[5]
Untuk mengetahui ciri-ciri  khas surat atau ayat Madaniyah adalah sebagai berikut:
1.      Berdasarkan Dlabith qiyasy (segi lafal):
a.       Tiap-tiap surat yang di dalamnya ada keizinan perang, atau ada penerangan tentang hal perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya.
b.      Tiap-tiap surat yang didalamnya terdapat penjelasan faroid, had, hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan, dan kenegaraan.
c.       Tiap-tiap surat yang di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik, dinamakan surat madaniyah. Terkecuali aurat al ankabut yagn diturunkan di Mekkah. Sebelas ayat yang pertama adalalh ayat madaniyah , di dalamnya menjelaskan tentang orang-orang munafik.
d.      Tiap-tiap surat yang di dalamnya di debat orang-orang ahli kitab dan mereka diajak kepada tidak berlebih-lebihan dalam beragama seperti kita dapati dalam surat al baqarah, an nisa, al imran, at taubah, dan lain-lain. Maka surat itu adalah surat madaniyah.[6]
2.      Berdasarkan uslub (gaya bahasa) dan kontennya
a.       Pada umumnya surah madaniyah berisi atau berbicara mengenai penetapan hukum-hukum syari’ah, ibadah, muamalah, sanksi-sanksi dan kewajiban-kewajiban serta hukum jihad dan atau sosial kemasyarakatan dan lain sebagainya.
b.      Berbicara masalah orang-orang munafik dalam sifat-sifat mereka, menguak rahasia-rahasianya, serta menjalankan tipu daya, hasutan-hasutan orang-orang munafik. Seperti tercantum dalam surat:
1)      QS. Al Ahzab:12
وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا (12)
2)      QS. An Nisaa:61
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
c.       Surah madaniyah menampilkan sosok orang-orang ahli kitab, Yahudi, Nasrani, dengan menjelaskan kekeliruan dan penyelewengan-penyelewengan meraka terhadap agama Allah yang mereka peluk dan kitab-kitab Allah yang mereka ubah. Surat Madaniyah juga menyingkap sifat-sifat licik mereka yang berusaha memperdaya islam, karena penduduk Masinah mayoritas penduduknya orang-orang Yahudi dan nasrani, selanjutnya al Quran menunjukan kepada akidah yang benar dan mengajak mereka dengan bukti yang jelas dan arrgumentatif.
d.      Surah Madaniyah berisi hukum-hukum kemasyarakatan, kenegaraan, seperti mengutamakan prinsip  musyawarah, kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan, pergaulan, dan lain sebagainya.
e.       Surah Madaniyah berisi hukum keluarga mengenai masalah nikah, talak, hadlanah, nafkah, dan sebagainya. Juga muamalah seperti jual beli, sewa menyewa, hutang piutang, gadai dan lain-lain.[7]

Dari ciri-ciri surah Madaniyah dan Makiyah yang sangat berbeda tersebut, menunjukan bahwa al Quran sangat memperhatikan subjek yang menjadi lawan bicaranya, jadi khitab yagn disampaikan penduduk Mekaah yang berkarakter keras, sombong dan hidup di lingkungan yang keras dan Jahiliyah berbeda dengan khitab yang disampaikan kepada penduduk Madinah dimana penduduknya sudah baanyak yang beriman, kemudian berkumpulnya hetrogenitas kaum Yahudi dan Nasrani yang telah beragama, namun telah diselewengkan dari ketauhidan. Kemudian untuk mengatur tata kehidupan yang mejemuk tentu membutuhkan hukum-hukum yang menjadi landasan hidup bermasyarakat, brbangsa dan bernegara.
B.     Fungsi Ilmu Makki-Madani
Dengan mempelajari ilmu Makki-Madani baik dari segi lafal maupun makna maka seorang mufasir dan mujtahid dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam memahami al Quran. beberapa fungsi dari ilmu Makki-Madani adalah sebagai berikut:
1.      Membantu menafsirkan al Quran
Dengan mengetahui kronologis al quran seorang mufasir dapat memecahkan makna kontraditif dalam dua ayat yang berbeda, yaitu dengan memecahkan konsep nasikh dan mansukh  yang hanya bisa diketahui melalui kronologi al Qur’an.[8]
2.      Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
Dengan ilmu Makkiy dan Madaniy dapat diresapi gaya bahasa Al Qur’an dalam metode-metode berdakwah menuju jalan Allah. Sebab situasi dan kondisi yang berbeda harus dihadapi dengan bahasa dan metode tersendiri. Al Quran mempunyai gaya bahasa yang berbeda ketika menyeru kepada orang-orang beriman, ahli kitab, orang-orang  kafir, munafik, orang musyrik dan lain-lain.[9] Periodisasi Makkiyah dan Madaniyah telah memberikan contoh itu.
3.      Untuk menanamkan keimanan kepada umat  dari sudut sejarah mengenai keabsahan al Quran. karena al Quran sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT, dan Allah njaamin akan kemurniannya, bersih dari penyimpangan dan perubahan. Hal ini mendorong para ulama untuk mengetahui dan mengkaji asbabun nuzul dari ayat-ayat al Quran, sehingga diketaahui situasi dan kondisi ketika ayat itu diturunkan, misalnya ayat tertentu diturunkan siang hari, malam hari, di tempat nabi tinggal, atau dalam perjalanan pada misim dingin, musim panas dan sebagainya.
4.      Kemudian dari sejaraah itu juga dapat mengikuti jejak Rosulullah, bagaimana ketika beliau berdakwah di Makkah dan bagaimana cara beliau berdakwah di Madinah. Ada keteladanan pada rosulullah dengan kesabarannya, keteguhan hatinya, dalam memperbaiki kondisi umatnya. Kemudian ketika di Madinah ada keteladanan Jiwa kepemimpinan Rasulllah SAW yang sangat arif bijaksana, tegas, disiplin, adil dan bersahaja.
5.      Melalui ilmu Makki dan Madani  dapat diketahui dan dijelaskan tingkat perhatian kaum muslimin terhadap al Quran termasuk di dalamnya hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang:
a.       Sejarah pembentukan sesuatu hukum (tarikh tasyri’)
b.      Hikmah pensyariatan (hikmah al taasyri’)
c.       Fase-fase pembebanannya (al tadaruj fi al taklif)
Contoh pensyariatan hukum keharaman khamar, mula-mula ada di QS al Baqarah:219. Lalu QS. An Nisa:43, kemudian di tegaskan dalam QS al Maidah:90.
a.       QS. Al Baqarah 219
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ (219) 
b.    QS an Nisa :43
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا (43)




c.       QS. Al Maidah;90
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
C.    Aplikasi Makki-Madani dalam Penafsiran Al-Quran
Adanya ilmu makki madani dapat diaplikasikan dalam penafsiran ayat-ayat al Quran, seperti contoh:
1.      Para ulama menafsirkan ayat-ayat surat al Makki dengan meninjau gaya bahasa dan suasana ayat ketika ayat tersebut diterima Rasulullah SAW. Misalnya :
إ الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى  (النجم : 32)
Yaitu orang yang menjauhi dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas ampunanNya. Dan dia lebih mengetahui (tentang keadaan mu) ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibuu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa.
        As suyuti mengatakan: perbuatan keji adalah setiap dosa yang ada sanksinya. Dosa-dosa besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan kecil adalah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa di atas. Sedang di Makkah belum ada sanksi yang serupa dengannya. Jadi ayat ini diturunkan di Madinah tetapi hukumnya Makkiyah.
2.      Ayat yang diturunkan di Madinah sedang hukumnya Makki. Mereka memberi contoh dengan surat al Mumtahanah. Surat ini diturunkan di Madinah dilihat dari segi tempat turunnya : tetapi seruannya ditunjukan kepada orang musyrik penduduk Mekkah, juga seperti permulaan surat al bara’ah yang diturunkan di Madinah, tetapi seruannya di tunjukan kepada orang-orang Musyrik penduduk Mekah.
سورة الممتحنة
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ (1) إِنْ يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاءً وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ (2)
3.      Ada juga ayat-ayat yang masuk kategori surah Madaniyah tetapi ayat tersebut mempunyai ciri-ciri dan gaya bahasa Makkiyah. Seperti QS al Anfal 32.[10]
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32
Dan( ingatlah)  ketika mereka orang –orang musyrik berkata: “ya Allah jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, dan datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” Hal ini mengingatkan kepada permintaan kaum Musyrikin untuk disegerakan azab itu adalah di Makkah.
4.      Ayat yang turunnya di Makkah sedang hukumnya Madani.contoh QS. Al-Hujurat 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)
Ayat ini diturunkan di Mekah pada hari penaklukan kota Mekah, tapi sebenarnya Madaniyah karena diturunkan sesudah hijrah, di samping itu, seruannya bersifat umum. Ayat seperti ini oleh para ulama tidak dinamakan Makki dan tidak juga dinamakan Madani secara pasti. Tetapi mereka mengatakan ayat yang diturunkan di Mekkah sedangkan hukumnya Madani.
5.      Ayat yang dibawa dari Mekkah ke Madinah. Contohnya ialah surat al a’la. Diriwayatkan oleh Bukhori dari al-Barra bin ‘Azib yang mengatakan:” orang yang pertama kali datang kepada kami  dari para sahabat Nabi adalah Mus’ab bin ‘Umair dan Ibn Ummi Maktum. Keduanya membacakan Al Quran kepada kami. Sesudah itu datanglah ‘Amar, Bilal,  Sa’d. kemudian datang pula Umar bin Khotob sebagai orang yang kedua puluh. Baru setelah itu datanglah Nabi. Aku melihat penduduk Madinah bergembira setelah aku membacakan sabihisma rabbikal a’la dari antara surah yang semisal dengannya.” Pengertian ini cocok dengan al Quran yang dibawa oleh golongan Muhajirin, lalu mereka ajarkan kepada kaum ansar.     
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى (1) الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى (2) وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى (3) وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى (4) فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى (5) سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى (6) إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى (7) وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى (8) فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى (9) سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى (10) وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى (11) الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى (12) ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (13) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (51]
6.      Yang dibawa dari Madinah ke Mekkah. Yaitu awal surat al Bara’ah, yaitu ketika Rasulullah memerintahkan kepada Abu bakar untuk berhaji pada tahun ke sembilan. Ketika awal surat al bara’ah turun Nabi memerintahkan Ali Bin Abi Thalib untuk membawa ayat tersebut kepada Abu Bakar, agar ia sampaikan kepada kaum Musyrikin. Maka Abu bakar membacakannya kepada mereka dan mengumumkan bahwa setelah tahun ini tidak seorang musyrikpun diperbolehkan berhaji.

بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (1



































BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Secara sederhana didefinisikan bahwa surat al Makkiyah adalah surat-surat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebelum hijrah ke Madinah. Sedangkan Al Madaniayah adalah surat-surat yagn diturunkan kepada Nabi SAW sesudah hijrah ke Madinah.
Surat al Makkyah dan al Madaniyah mempunyai ciri-ciri khusus, walaupun ada perbedaan pendapat diantara para ulama dalam menentukan ciri-ciri khas tersebut. Namun, ada prinsip bahw ayat Makkiyahbergaya tegas, cendrung keras, mengajak pada ketauhida. Sedangkan ayat Madaniyah bergaya bahsa datar, cendrung berlogika, dan ajakannya bersifat persuasive, lebih menguatkan kepada ketauhidan, dan mencakup tatanan kekeluargaan, sosial dan kenegaraan.
2.      Fungsi dari ilmu tentang Makiyah dan Madaniah adalah untuk membantu dalam menafsirkan al Quran, pedoman bagi langkah-langkah dakwah, memberi informasi tentang sirah kenabian dan lain sebgainya.
3.      Aplikasi dari Makki-Madani dalam penafsiran al Quran adalah ayat-ayat Makiyah dalam surat Madaniyah, ayat-ayat Madaniayh dalam surat Makiyah, yang diturunkandi Mekkah sedangkan hukumnya Madani, yang di diturunkan di Madani sedangkan hukumnya Makiyah, yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah dalam kelompok Madani dan lain sebagainya.








DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, Ulum Al Quran Untuk UIN, Stain, dan Ptais. Bandung. Pustaka Setia, 2000
Al- Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an ter Mudzakir. Bogor,  Pustaka Litera Antar Nusa,  2013.
Fadhlol Dkk, Studi Al-Qur’an Teori dan Metodologi. Yogyakarta, Idea Pres Yogyakarta 2011.
Quthan, Mana’ul, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an I.  Jakarta, Rineka Cipta 1993.
Shomiyatun Dkk, Studi Al-Qur’an & Hadis  . Yogyakarta, Kopertais Wilayah III UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012.





[1] Ahmad Fadlol dkk. Studi Al-Quran Teori dan Metodologi (Yogyakarta:,Idea Pres 2011). Hlm. 69.

[2] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran   terjemahan Mudzakir(Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2013). Hlm. 85
[3] Ahmad Fadlol dkk. Studi Al-Quran Teori dan Metodologi…………………………….hlm 74.
[4] Ibid, hlm 76
[5] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran   terjemahan Mudzakir(Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2013). Hlm. 87.
[6] Fandholin, Al-Quran Teori dan Metodologi…………………………….hlm 75
[7] Ibid halm.76
[8] Manaul Quthan, Pembahasan Ilmu Al –Quran.(Rineka Cipta). Halm 61.
[9] Fandholin, dkk Al-Quran Teori dan Metodologi…………………………….hlm 77.
[10] Manna Khalil al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al Quran,,,...........halm 76.BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kalam Tuhan yang sudah ditengarai sebagai kalam yang terjamin keasliannya hingga usia alam ini berakhir. Ia tetap terjaga meski tangan-tangan kotor kaum muharrifin selalu berusaha merubah kemurniannya. Namun sekian banyak usaha yang mereka lakukan selalu saja berakhir dengan kegagalan. Hal ini terbukti dengan masih terpeliharanya keotentikan Al-Qur’an sampai sekarang -berbeda dengan kitab-kitab yang lain di luar Al-Qur’an- karena disamping tangan Tuhan sendiri yang berperan langsung, disana juga terlibat hati para umat Muhammad dalam menjaga dan memelihara keasliannya dari perubahan, penggantian dan terputusnya sanad. Allah SWT. Dengan kekuasaan-Nya menjaga al-Qur’an dan menjaganya dari penyelewengan dan pemalsuan,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
Berbagai pembahasan dalam memahami al-Qur’an, diantaranya tentang “rasm” al-Qur’an, asbabun nuzul, makkiyah-madaniyah, muhkam mutasyabih, nasikh-mansukh dan lain sebagainya. Pembahasan tentang ilmu al Makky al Madaniy ini penting bagi mufasir dan mujtahid, karana ternasuk bagian penting dalam mengistimbatkan hukum dari al-Qur’an. Dengan pemahaman yang benar tentang Makkiy dan Madaniy, dapat membantu dan menghindarkan dari kesalahan memahami al-Qur’an, baik dalam menentukan ayat nasikh wal mansukh, mengetahui sejarah syari’at, dan pemantapan keyakinan akan kebenaran al-Qur’an.
Ilmu al-Makkiy dan al- Madaniy ini termasuk dalam kategori ilmu riwayat. Oleh karenanya, ia tidak akan bisa di kuasai dan diketahui kecuali melalui riwayat dari para sahabat Nabi. Karena paraa sahabatlah yang menyaksikan turunnya ayat-ayat al-Qur’an, dalam suasana, tempat dan masa tertentu, atau setidaknya melalui riwayat para tabi’in yang mereka terima dari sahabat Nabi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
1.      Apa Pengertian Makiyyah dan Madaniyah?
2.      Apa Fungsi Ilmu Makki-Madani?
3.      Bagaimana Aplikasi  dalam Penafsiran Al-Qur’an?


















BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Makki-Madani
Secara etimologi al-Makki berasal dari kata Mekkah, sedangkan al Madani berasal dari Madinah. Kemudian kata al makki dimasuki ya nisbah, sehingga menjadi al madaniy atau al madaniyah. Al makki atau al makkiyah berarti bersifat mekkah, atau berasal dari mekkah, sedangkan al madaniy atau al madaniyah, berarti bersifat Madinah, atau berasal dari Madinah.
Untuk memberikan definisi secara istilahi,  ada perbedaan pendapat diantara para ulama (mufassir). Diantaranya ada mendasarkan atas tiga alasan (teori), ada juga yang mendasarkan atas empat hal yang menjadi dasar untuk menetapkan batasan istilah al makkiyah dan al madaniyah. Mereka yang membagi atas tiga alasan adalah sebagai berikut:
1.      Al Makkiy adalah surat atau ayat yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya, walaupun setelah hijrah, sedangkkan al madaniy adalah surat atau ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya.
2.      Al Makkiy adalah ayat-ayat yang di khitabkan kepada penduduk Mekkah, sedangkan al madaniy adalah ayat-ayat yang dikhitabkan kepada penduduk Madinah.
3.      Al Makkiy adalah surat atau ayat-ayat yang turun kepada Nabi Muhammad SAW sebelum hijrah, sedangkan al madaniy adalah surat atau ayat-ayat yang turun kepada Nabi Muhammad  SAW setelah hijrah. Berdasarkan definisi diatas, maka ayat yang turun di Mekkah setelah Nabi Hijrah ke Madinah termasuk dalam kategori ayat-ayat al Madaniyah.[1]
Ada juga ulama yang memberikan batasan pengertian tentang Makkiyah dan Madaniyah itu berdasarkan  empat hal yaitu: ruang, waktu, subjek dan konten. Adapun penjelasannya adalah:
1.        Para ulama yang mendasarkan teorinya pada ruang, mengatakan: Makkiyah ialah surah-surah dan atau ayat-ayat al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi SAW, ketika sedang berada di Mekkah atau sekitarnya, baik sebelum beliau berhijrah ke Madinah atau sesudahnya, termasuk dalam kategori ini adalah ayat-ayat yang diturunkan ketika nabi sedang berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah dan sebagainya. Sedangkan Al Madaniyah, ialah surat-surat atau ayat-ayat AL Qur’an yang diturunkan di Madinah dan daerah sekitarnya, termasuk kedalam kelompok ayat ini adalah ayat-ayat yang diturunkan pada saat Nabi berada di Badar, Uhud, dan Lain-lain.
`Teori ini memberikan batasan definisi dari sudut pandang tempat yang tegas, akan tetapi mempunyai kelemahan, yaitu ada beberapa ayat yang tidak diturunkan di Makkah dan sekitarnya atau di Madinah dan sekitarnya. Seperti contoh QS. At Taubah 42.
لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لَاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (42)
Dan QS. Az Zukhruf 45
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آَلِهَةً يُعْبَدُونَ (45)
Ayat yang pertama diturunkan di Tabuk tempat yang sangat jauh dari Mekkah. Sedangkan ayat yang kedua turun di Baitul  Makdis Palestina pada saat nabi menjalani isro mi’roj.
2.        Para ulama yang mendasarkan teori pada periode waktu mengatakan:
Makiyah adalah surah-surah dan atau ayat- ayat al Qur’an yang diturunkan sebelum Nabi SAW berhijrah dari Mekkah ke Madinah walaupun ayat-ayat itu diturunkan diluar Meekkah. Sedangkan  Madaniyyah ialah ayat-ayat al Quran yang diturunkan setelah Nabi SAW berhijrah ke Madinah meski turunnya di Mekkah atau daerah-daerah lainnya.
Pendapat ini dianggap lebih kafabel karena dapat mencakup keseluruhan dari ayat-ayat al Quran, sehingga tidak ada satu ayat pun yang di eksepsikan dari batasan tersebut.
3.        Para ulama yang mendasarkan teorinya mengacu pada al Mukhotob yaitu: subjek dari surat-surat atau ayat-ayat yang diturunkan, sehingga member batasan pemaknaan sebagai berikut:
Makiyah adalah surah-surah dan  ayat-ayat yang ditujukan kepada penduduk Makkah. Umumnya ayat-ayat ini dimulai dengan lafal “yaa ayyuhal kaafiruun, ya ayyuha al naas, yaa Bani Adam.” Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat al Quran yang ditunjukan kepada penduduk Madaniyah. Ayat-ayat tersebut biasanya di awali dengan” ya ayyuhal lazdina aamanuu”. [2]
Teori ini mengandung beberapa kelemahan karena batasan pengertian tersebut tidak mencakup surat atau ayat secara keseluruhan. Karena ada beberapa ayat yang dimulai dengan “ya ayyuha al nas ternyata bukan ayat-ayat al makiy, tapi al madaniy. Begitu juga di jumpai lafal “ya ayyuhal lazdina amanu” bukan termasuk ayat al madaniy, tetapi termasuk kategori al makkiy.
4.        Para ulama yang mendasarkan pengertiannya pada konten ayat-ayat mengatakan:
Makiyyah adalah surat-surat dan atau ayat-ayat al Quran yang menampilkan cerita-cerita mengenai para nabi dan umat-umat terdahulu, baik menyangkut kejayaan atau kehancuran (khususnya bagi umat-umat itu). Sedangkan madaniyah adalah surah-surah dan atau ayat-ayat yang memuat mengenai berbagai ketentuan hukum seperti hudud, faroidl, dan lain sebagainya.[3]
Pendapat ini memberikan batasan yang tegas sehingga mudah dipahami, akan tetapi kurang praktis karena untuk memahami suatu ayat kita harus benar-benar mencermati dahulu kandungan masing-masing ayat.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapat yang paling masyhur adalah definisi yang didasarkan atas waktu turunya surah-surah atau ayat-ayat al Quran, yaitu al makkiy adalah surat atau ayat-ayat yang diturunkan sebelum hijrah dan al madaniy adalah surah-surah atau ayat-ayat al Quran yang diturunkan setelah hijrah walaupun turunnya di Makkah. Hal ini karena berimplikasi pada aplikasi penelusuran ayat-ayat yang nasakh wal mansukh, yang mana diutamakan mengetahui waktu turunnya ayat.
Cara Mengetahui ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah
Untuk mengetahui ciri-ciri khusus surat atau ayat Makkiyah adalah sebagai berikut:
1.      Berdasar dlabith qiyasi (segi lafal):
a.       Tiap-tiap surat yang terdapat padanya ayat sajdah.
No
Nama Surat
Ayat ke
No
Nama Surat
Ayat ke
1
Al-A’raf
206
8
Al-Naml
26
2
Al-Ra’du
15
9
Al-Sajdah
15
3
Al-Nahl
50
10
Shad
24
4
Al-isra’
109
11
Fushilat
38
5
Maryam
58
12
Al-Najm
62
6
Al-Hajj
18&77
13
Al-Insiqoq
21
7
Al-Furqon
60
14
Al-‘Alaq
19

b.      Tiap-tiap surat yang terdapat padanya lafal kalla كلا  dalam Al-Quran ada 33 kali dalam 15 surat yaitu:
No
Nama Surah
Ayat Ke
No
Nama Surah
Ayat ke
1
Maryam
79, 82
9
‘Abasa
11,23
2
Al Mukminun
100
10
Al Infithar
9
3
Al Syu’ara
15, 62
11
Al Muhafifin
7,14,15,18
4
Saba
27
12
Al Fajr
17,21
5
Al Ma’arij
15,39
13
Al ‘alaq
6,15,9
6
Al Mudasir
16,32,53,54
14
Al takasur
3,4,5
7
Al Qiyamah
11,20,26
15
Al Humazah
4
8
An Naba
4,5




c.       Tiap-tiap surat yang terdapat padannya seruan dengan “Ya ayyuhan naasu” dan tidak terdapat padanya “ya ayyuhalladziina amanu” adalah surat Makkiyah, terkecuali surat al Hajji yang diakhirnya terdapat Ya ayyuhalladzina amanu...........................(S.22: al Hajj ayat 77).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
d.       Tiap-tiap surat yang terdapat padanya kisah Nabi-nabi dan umat-umat yang telah lalu, maka surat itu adalah surat makkiyah, terkecuali surat al Baqoroh.
e.       Tiap-tiap surat yang terdapat padanya kisah Adam dan iblis, maka surat itu adalah Makkiyah kecuali surat al Baqarah.
f.       Tiap-tiap surat yang dimulai dengan huruf al Tahajji, maka surat itu adalah surat Makkiyah, terkecuali surat al Baqarah dan Ali Imran. Mengenai surat al ra’du ada dua pendapat jika dilihat dari segi uslub dan temannya, maka dia lebih tepat kita katakan surat Makkiyah. Sebagian ulama mengatakkan Madaniyah.[4]
2.      Berdasar uslub (gaya bahasa) mempunyai ciri sebagai berikut:
a.       Ayat-ayat dan surat-suratnya pendek-pendek dibarengi kata-kata yang mngessankan sekali, pernyataannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hati, dan maknannya pun meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah.
b.      Ajakan kepada tauhid, ibadah kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat, surga, neraka, argumentasi terhadap orang musyrik.
c.       Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak mulia yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim serta zalim, menguburkan anak perempuan hidup-hidup.
d.      Banyak menyebutkan kisah nabi dan umat-umat terdahulu  sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka, dan sebagai hiburan bagi Rasulullah sehingga ia tabah dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.[5]
Untuk mengetahui ciri-ciri  khas surat atau ayat Madaniyah adalah sebagai berikut:
1.      Berdasarkan Dlabith qiyasy (segi lafal):
a.       Tiap-tiap surat yang di dalamnya ada keizinan perang, atau ada penerangan tentang hal perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya.
b.      Tiap-tiap surat yang didalamnya terdapat penjelasan faroid, had, hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan, dan kenegaraan.
c.       Tiap-tiap surat yang di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik, dinamakan surat madaniyah. Terkecuali aurat al ankabut yagn diturunkan di Mekkah. Sebelas ayat yang pertama adalalh ayat madaniyah , di dalamnya menjelaskan tentang orang-orang munafik.
d.      Tiap-tiap surat yang di dalamnya di debat orang-orang ahli kitab dan mereka diajak kepada tidak berlebih-lebihan dalam beragama seperti kita dapati dalam surat al baqarah, an nisa, al imran, at taubah, dan lain-lain. Maka surat itu adalah surat madaniyah.[6]
2.      Berdasarkan uslub (gaya bahasa) dan kontennya
a.       Pada umumnya surah madaniyah berisi atau berbicara mengenai penetapan hukum-hukum syari’ah, ibadah, muamalah, sanksi-sanksi dan kewajiban-kewajiban serta hukum jihad dan atau sosial kemasyarakatan dan lain sebagainya.
b.      Berbicara masalah orang-orang munafik dalam sifat-sifat mereka, menguak rahasia-rahasianya, serta menjalankan tipu daya, hasutan-hasutan orang-orang munafik. Seperti tercantum dalam surat:
1)      QS. Al Ahzab:12
وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا (12)
2)      QS. An Nisaa:61
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
c.       Surah madaniyah menampilkan sosok orang-orang ahli kitab, Yahudi, Nasrani, dengan menjelaskan kekeliruan dan penyelewengan-penyelewengan meraka terhadap agama Allah yang mereka peluk dan kitab-kitab Allah yang mereka ubah. Surat Madaniyah juga menyingkap sifat-sifat licik mereka yang berusaha memperdaya islam, karena penduduk Masinah mayoritas penduduknya orang-orang Yahudi dan nasrani, selanjutnya al Quran menunjukan kepada akidah yang benar dan mengajak mereka dengan bukti yang jelas dan arrgumentatif.
d.      Surah Madaniyah berisi hukum-hukum kemasyarakatan, kenegaraan, seperti mengutamakan prinsip  musyawarah, kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan, pergaulan, dan lain sebagainya.
e.       Surah Madaniyah berisi hukum keluarga mengenai masalah nikah, talak, hadlanah, nafkah, dan sebagainya. Juga muamalah seperti jual beli, sewa menyewa, hutang piutang, gadai dan lain-lain.[7]

Dari ciri-ciri surah Madaniyah dan Makiyah yang sangat berbeda tersebut, menunjukan bahwa al Quran sangat memperhatikan subjek yang menjadi lawan bicaranya, jadi khitab yagn disampaikan penduduk Mekaah yang berkarakter keras, sombong dan hidup di lingkungan yang keras dan Jahiliyah berbeda dengan khitab yang disampaikan kepada penduduk Madinah dimana penduduknya sudah baanyak yang beriman, kemudian berkumpulnya hetrogenitas kaum Yahudi dan Nasrani yang telah beragama, namun telah diselewengkan dari ketauhidan. Kemudian untuk mengatur tata kehidupan yang mejemuk tentu membutuhkan hukum-hukum yang menjadi landasan hidup bermasyarakat, brbangsa dan bernegara.
B.     Fungsi Ilmu Makki-Madani
Dengan mempelajari ilmu Makki-Madani baik dari segi lafal maupun makna maka seorang mufasir dan mujtahid dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam memahami al Quran. beberapa fungsi dari ilmu Makki-Madani adalah sebagai berikut:
1.      Membantu menafsirkan al Quran
Dengan mengetahui kronologis al quran seorang mufasir dapat memecahkan makna kontraditif dalam dua ayat yang berbeda, yaitu dengan memecahkan konsep nasikh dan mansukh  yang hanya bisa diketahui melalui kronologi al Qur’an.[8]
2.      Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
Dengan ilmu Makkiy dan Madaniy dapat diresapi gaya bahasa Al Qur’an dalam metode-metode berdakwah menuju jalan Allah. Sebab situasi dan kondisi yang berbeda harus dihadapi dengan bahasa dan metode tersendiri. Al Quran mempunyai gaya bahasa yang berbeda ketika menyeru kepada orang-orang beriman, ahli kitab, orang-orang  kafir, munafik, orang musyrik dan lain-lain.[9] Periodisasi Makkiyah dan Madaniyah telah memberikan contoh itu.
3.      Untuk menanamkan keimanan kepada umat  dari sudut sejarah mengenai keabsahan al Quran. karena al Quran sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT, dan Allah njaamin akan kemurniannya, bersih dari penyimpangan dan perubahan. Hal ini mendorong para ulama untuk mengetahui dan mengkaji asbabun nuzul dari ayat-ayat al Quran, sehingga diketaahui situasi dan kondisi ketika ayat itu diturunkan, misalnya ayat tertentu diturunkan siang hari, malam hari, di tempat nabi tinggal, atau dalam perjalanan pada misim dingin, musim panas dan sebagainya.
4.      Kemudian dari sejaraah itu juga dapat mengikuti jejak Rosulullah, bagaimana ketika beliau berdakwah di Makkah dan bagaimana cara beliau berdakwah di Madinah. Ada keteladanan pada rosulullah dengan kesabarannya, keteguhan hatinya, dalam memperbaiki kondisi umatnya. Kemudian ketika di Madinah ada keteladanan Jiwa kepemimpinan Rasulllah SAW yang sangat arif bijaksana, tegas, disiplin, adil dan bersahaja.
5.      Melalui ilmu Makki dan Madani  dapat diketahui dan dijelaskan tingkat perhatian kaum muslimin terhadap al Quran termasuk di dalamnya hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang:
a.       Sejarah pembentukan sesuatu hukum (tarikh tasyri’)
b.      Hikmah pensyariatan (hikmah al taasyri’)
c.       Fase-fase pembebanannya (al tadaruj fi al taklif)
Contoh pensyariatan hukum keharaman khamar, mula-mula ada di QS al Baqarah:219. Lalu QS. An Nisa:43, kemudian di tegaskan dalam QS al Maidah:90.
a.       QS. Al Baqarah 219
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ (219) 
b.    QS an Nisa :43
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا (43)




c.       QS. Al Maidah;90
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
C.    Aplikasi Makki-Madani dalam Penafsiran Al-Quran
Adanya ilmu makki madani dapat diaplikasikan dalam penafsiran ayat-ayat al Quran, seperti contoh:
1.      Para ulama menafsirkan ayat-ayat surat al Makki dengan meninjau gaya bahasa dan suasana ayat ketika ayat tersebut diterima Rasulullah SAW. Misalnya :
إ الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى  (النجم : 32)
Yaitu orang yang menjauhi dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas ampunanNya. Dan dia lebih mengetahui (tentang keadaan mu) ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibuu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa.
        As suyuti mengatakan: perbuatan keji adalah setiap dosa yang ada sanksinya. Dosa-dosa besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan kecil adalah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa di atas. Sedang di Makkah belum ada sanksi yang serupa dengannya. Jadi ayat ini diturunkan di Madinah tetapi hukumnya Makkiyah.
2.      Ayat yang diturunkan di Madinah sedang hukumnya Makki. Mereka memberi contoh dengan surat al Mumtahanah. Surat ini diturunkan di Madinah dilihat dari segi tempat turunnya : tetapi seruannya ditunjukan kepada orang musyrik penduduk Mekkah, juga seperti permulaan surat al bara’ah yang diturunkan di Madinah, tetapi seruannya di tunjukan kepada orang-orang Musyrik penduduk Mekah.
سورة الممتحنة
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ (1) إِنْ يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاءً وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ (2)
3.      Ada juga ayat-ayat yang masuk kategori surah Madaniyah tetapi ayat tersebut mempunyai ciri-ciri dan gaya bahasa Makkiyah. Seperti QS al Anfal 32.[10]
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32
Dan( ingatlah)  ketika mereka orang –orang musyrik berkata: “ya Allah jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, dan datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” Hal ini mengingatkan kepada permintaan kaum Musyrikin untuk disegerakan azab itu adalah di Makkah.
4.      Ayat yang turunnya di Makkah sedang hukumnya Madani.contoh QS. Al-Hujurat 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)
Ayat ini diturunkan di Mekah pada hari penaklukan kota Mekah, tapi sebenarnya Madaniyah karena diturunkan sesudah hijrah, di samping itu, seruannya bersifat umum. Ayat seperti ini oleh para ulama tidak dinamakan Makki dan tidak juga dinamakan Madani secara pasti. Tetapi mereka mengatakan ayat yang diturunkan di Mekkah sedangkan hukumnya Madani.
5.      Ayat yang dibawa dari Mekkah ke Madinah. Contohnya ialah surat al a’la. Diriwayatkan oleh Bukhori dari al-Barra bin ‘Azib yang mengatakan:” orang yang pertama kali datang kepada kami  dari para sahabat Nabi adalah Mus’ab bin ‘Umair dan Ibn Ummi Maktum. Keduanya membacakan Al Quran kepada kami. Sesudah itu datanglah ‘Amar, Bilal,  Sa’d. kemudian datang pula Umar bin Khotob sebagai orang yang kedua puluh. Baru setelah itu datanglah Nabi. Aku melihat penduduk Madinah bergembira setelah aku membacakan sabihisma rabbikal a’la dari antara surah yang semisal dengannya.” Pengertian ini cocok dengan al Quran yang dibawa oleh golongan Muhajirin, lalu mereka ajarkan kepada kaum ansar.     
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى (1) الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى (2) وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى (3) وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى (4) فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى (5) سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى (6) إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى (7) وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى (8) فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى (9) سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى (10) وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى (11) الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى (12) ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (13) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (51]
6.      Yang dibawa dari Madinah ke Mekkah. Yaitu awal surat al Bara’ah, yaitu ketika Rasulullah memerintahkan kepada Abu bakar untuk berhaji pada tahun ke sembilan. Ketika awal surat al bara’ah turun Nabi memerintahkan Ali Bin Abi Thalib untuk membawa ayat tersebut kepada Abu Bakar, agar ia sampaikan kepada kaum Musyrikin. Maka Abu bakar membacakannya kepada mereka dan mengumumkan bahwa setelah tahun ini tidak seorang musyrikpun diperbolehkan berhaji.

بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (1



































BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Secara sederhana didefinisikan bahwa surat al Makkiyah adalah surat-surat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebelum hijrah ke Madinah. Sedangkan Al Madaniayah adalah surat-surat yagn diturunkan kepada Nabi SAW sesudah hijrah ke Madinah.
Surat al Makkyah dan al Madaniyah mempunyai ciri-ciri khusus, walaupun ada perbedaan pendapat diantara para ulama dalam menentukan ciri-ciri khas tersebut. Namun, ada prinsip bahw ayat Makkiyahbergaya tegas, cendrung keras, mengajak pada ketauhida. Sedangkan ayat Madaniyah bergaya bahsa datar, cendrung berlogika, dan ajakannya bersifat persuasive, lebih menguatkan kepada ketauhidan, dan mencakup tatanan kekeluargaan, sosial dan kenegaraan.
2.      Fungsi dari ilmu tentang Makiyah dan Madaniah adalah untuk membantu dalam menafsirkan al Quran, pedoman bagi langkah-langkah dakwah, memberi informasi tentang sirah kenabian dan lain sebgainya.
3.      Aplikasi dari Makki-Madani dalam penafsiran al Quran adalah ayat-ayat Makiyah dalam surat Madaniyah, ayat-ayat Madaniayh dalam surat Makiyah, yang diturunkandi Mekkah sedangkan hukumnya Madani, yang di diturunkan di Madani sedangkan hukumnya Makiyah, yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah dalam kelompok Madani dan lain sebagainya.








DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, Ulum Al Quran Untuk UIN, Stain, dan Ptais. Bandung. Pustaka Setia, 2000
Al- Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an ter Mudzakir. Bogor,  Pustaka Litera Antar Nusa,  2013.
Fadhlol Dkk, Studi Al-Qur’an Teori dan Metodologi. Yogyakarta, Idea Pres Yogyakarta 2011.
Quthan, Mana’ul, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an I.  Jakarta, Rineka Cipta 1993.
Shomiyatun Dkk, Studi Al-Qur’an & Hadis  . Yogyakarta, Kopertais Wilayah III UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012.




[1] Ahmad Fadlol dkk. Studi Al-Quran Teori dan Metodologi (Yogyakarta:,Idea Pres 2011). Hlm. 69.

[2] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran   terjemahan Mudzakir(Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2013). Hlm. 85
[3] Ahmad Fadlol dkk. Studi Al-Quran Teori dan Metodologi…………………………….hlm 74.
[4] Ibid, hlm 76
[5] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran   terjemahan Mudzakir(Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2013). Hlm. 87.
[6] Fandholin, Al-Quran Teori dan Metodologi…………………………….hlm 75
[7] Ibid halm.76
[8] Manaul Quthan, Pembahasan Ilmu Al –Quran.(Rineka Cipta). Halm 61.
[9] Fandholin, dkk Al-Quran Teori dan Metodologi…………………………….hlm 77.
[10] Manna Khalil al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al Quran,,,...........halm 76.BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kalam Tuhan yang sudah ditengarai sebagai kalam yang terjamin keasliannya hingga usia alam ini berakhir. Ia tetap terjaga meski tangan-tangan kotor kaum muharrifin selalu berusaha merubah kemurniannya. Namun sekian banyak usaha yang mereka lakukan selalu saja berakhir dengan kegagalan. Hal ini terbukti dengan masih terpeliharanya keotentikan Al-Qur’an sampai sekarang -berbeda dengan kitab-kitab yang lain di luar Al-Qur’an- karena disamping tangan Tuhan sendiri yang berperan langsung, disana juga terlibat hati para umat Muhammad dalam menjaga dan memelihara keasliannya dari perubahan, penggantian dan terputusnya sanad. Allah SWT. Dengan kekuasaan-Nya menjaga al-Qur’an dan menjaganya dari penyelewengan dan pemalsuan,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
Berbagai pembahasan dalam memahami al-Qur’an, diantaranya tentang “rasm” al-Qur’an, asbabun nuzul, makkiyah-madaniyah, muhkam mutasyabih, nasikh-mansukh dan lain sebagainya. Pembahasan tentang ilmu al Makky al Madaniy ini penting bagi mufasir dan mujtahid, karana ternasuk bagian penting dalam mengistimbatkan hukum dari al-Qur’an. Dengan pemahaman yang benar tentang Makkiy dan Madaniy, dapat membantu dan menghindarkan dari kesalahan memahami al-Qur’an, baik dalam menentukan ayat nasikh wal mansukh, mengetahui sejarah syari’at, dan pemantapan keyakinan akan kebenaran al-Qur’an.
Ilmu al-Makkiy dan al- Madaniy ini termasuk dalam kategori ilmu riwayat. Oleh karenanya, ia tidak akan bisa di kuasai dan diketahui kecuali melalui riwayat dari para sahabat Nabi. Karena paraa sahabatlah yang menyaksikan turunnya ayat-ayat al-Qur’an, dalam suasana, tempat dan masa tertentu, atau setidaknya melalui riwayat para tabi’in yang mereka terima dari sahabat Nabi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
1.      Apa Pengertian Makiyyah dan Madaniyah?
2.      Apa Fungsi Ilmu Makki-Madani?
3.      Bagaimana Aplikasi  dalam Penafsiran Al-Qur’an?


















BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Makki-Madani
Secara etimologi al-Makki berasal dari kata Mekkah, sedangkan al Madani berasal dari Madinah. Kemudian kata al makki dimasuki ya nisbah, sehingga menjadi al madaniy atau al madaniyah. Al makki atau al makkiyah berarti bersifat mekkah, atau berasal dari mekkah, sedangkan al madaniy atau al madaniyah, berarti bersifat Madinah, atau berasal dari Madinah.
Untuk memberikan definisi secara istilahi,  ada perbedaan pendapat diantara para ulama (mufassir). Diantaranya ada mendasarkan atas tiga alasan (teori), ada juga yang mendasarkan atas empat hal yang menjadi dasar untuk menetapkan batasan istilah al makkiyah dan al madaniyah. Mereka yang membagi atas tiga alasan adalah sebagai berikut:
1.      Al Makkiy adalah surat atau ayat yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya, walaupun setelah hijrah, sedangkkan al madaniy adalah surat atau ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya.
2.      Al Makkiy adalah ayat-ayat yang di khitabkan kepada penduduk Mekkah, sedangkan al madaniy adalah ayat-ayat yang dikhitabkan kepada penduduk Madinah.
3.      Al Makkiy adalah surat atau ayat-ayat yang turun kepada Nabi Muhammad SAW sebelum hijrah, sedangkan al madaniy adalah surat atau ayat-ayat yang turun kepada Nabi Muhammad  SAW setelah hijrah. Berdasarkan definisi diatas, maka ayat yang turun di Mekkah setelah Nabi Hijrah ke Madinah termasuk dalam kategori ayat-ayat al Madaniyah.[1]
Ada juga ulama yang memberikan batasan pengertian tentang Makkiyah dan Madaniyah itu berdasarkan  empat hal yaitu: ruang, waktu, subjek dan konten. Adapun penjelasannya adalah:
1.        Para ulama yang mendasarkan teorinya pada ruang, mengatakan: Makkiyah ialah surah-surah dan atau ayat-ayat al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi SAW, ketika sedang berada di Mekkah atau sekitarnya, baik sebelum beliau berhijrah ke Madinah atau sesudahnya, termasuk dalam kategori ini adalah ayat-ayat yang diturunkan ketika nabi sedang berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah dan sebagainya. Sedangkan Al Madaniyah, ialah surat-surat atau ayat-ayat AL Qur’an yang diturunkan di Madinah dan daerah sekitarnya, termasuk kedalam kelompok ayat ini adalah ayat-ayat yang diturunkan pada saat Nabi berada di Badar, Uhud, dan Lain-lain.
`Teori ini memberikan batasan definisi dari sudut pandang tempat yang tegas, akan tetapi mempunyai kelemahan, yaitu ada beberapa ayat yang tidak diturunkan di Makkah dan sekitarnya atau di Madinah dan sekitarnya. Seperti contoh QS. At Taubah 42.
لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لَاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (42)
Dan QS. Az Zukhruf 45
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آَلِهَةً يُعْبَدُونَ (45)
Ayat yang pertama diturunkan di Tabuk tempat yang sangat jauh dari Mekkah. Sedangkan ayat yang kedua turun di Baitul  Makdis Palestina pada saat nabi menjalani isro mi’roj.
2.        Para ulama yang mendasarkan teori pada periode waktu mengatakan:
Makiyah adalah surah-surah dan atau ayat- ayat al Qur’an yang diturunkan sebelum Nabi SAW berhijrah dari Mekkah ke Madinah walaupun ayat-ayat itu diturunkan diluar Meekkah. Sedangkan  Madaniyyah ialah ayat-ayat al Quran yang diturunkan setelah Nabi SAW berhijrah ke Madinah meski turunnya di Mekkah atau daerah-daerah lainnya.
Pendapat ini dianggap lebih kafabel karena dapat mencakup keseluruhan dari ayat-ayat al Quran, sehingga tidak ada satu ayat pun yang di eksepsikan dari batasan tersebut.
3.        Para ulama yang mendasarkan teorinya mengacu pada al Mukhotob yaitu: subjek dari surat-surat atau ayat-ayat yang diturunkan, sehingga member batasan pemaknaan sebagai berikut:
Makiyah adalah surah-surah dan  ayat-ayat yang ditujukan kepada penduduk Makkah. Umumnya ayat-ayat ini dimulai dengan lafal “yaa ayyuhal kaafiruun, ya ayyuha al naas, yaa Bani Adam.” Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat al Quran yang ditunjukan kepada penduduk Madaniyah. Ayat-ayat tersebut biasanya di awali dengan” ya ayyuhal lazdina aamanuu”. [2]
Teori ini mengandung beberapa kelemahan karena batasan pengertian tersebut tidak mencakup surat atau ayat secara keseluruhan. Karena ada beberapa ayat yang dimulai dengan “ya ayyuha al nas ternyata bukan ayat-ayat al makiy, tapi al madaniy. Begitu juga di jumpai lafal “ya ayyuhal lazdina amanu” bukan termasuk ayat al madaniy, tetapi termasuk kategori al makkiy.
4.        Para ulama yang mendasarkan pengertiannya pada konten ayat-ayat mengatakan:
Makiyyah adalah surat-surat dan atau ayat-ayat al Quran yang menampilkan cerita-cerita mengenai para nabi dan umat-umat terdahulu, baik menyangkut kejayaan atau kehancuran (khususnya bagi umat-umat itu). Sedangkan madaniyah adalah surah-surah dan atau ayat-ayat yang memuat mengenai berbagai ketentuan hukum seperti hudud, faroidl, dan lain sebagainya.[3]
Pendapat ini memberikan batasan yang tegas sehingga mudah dipahami, akan tetapi kurang praktis karena untuk memahami suatu ayat kita harus benar-benar mencermati dahulu kandungan masing-masing ayat.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapat yang paling masyhur adalah definisi yang didasarkan atas waktu turunya surah-surah atau ayat-ayat al Quran, yaitu al makkiy adalah surat atau ayat-ayat yang diturunkan sebelum hijrah dan al madaniy adalah surah-surah atau ayat-ayat al Quran yang diturunkan setelah hijrah walaupun turunnya di Makkah. Hal ini karena berimplikasi pada aplikasi penelusuran ayat-ayat yang nasakh wal mansukh, yang mana diutamakan mengetahui waktu turunnya ayat.
Cara Mengetahui ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah
Untuk mengetahui ciri-ciri khusus surat atau ayat Makkiyah adalah sebagai berikut:
1.      Berdasar dlabith qiyasi (segi lafal):
a.       Tiap-tiap surat yang terdapat padanya ayat sajdah.
No
Nama Surat
Ayat ke
No
Nama Surat
Ayat ke
1
Al-A’raf
206
8
Al-Naml
26
2
Al-Ra’du
15
9
Al-Sajdah
15
3
Al-Nahl
50
10
Shad
24
4
Al-isra’
109
11
Fushilat
38
5
Maryam
58
12
Al-Najm
62
6
Al-Hajj
18&77
13
Al-Insiqoq
21
7
Al-Furqon
60
14
Al-‘Alaq
19

b.      Tiap-tiap surat yang terdapat padanya lafal kalla كلا  dalam Al-Quran ada 33 kali dalam 15 surat yaitu:
No
Nama Surah
Ayat Ke
No
Nama Surah
Ayat ke
1
Maryam
79, 82
9
‘Abasa
11,23
2
Al Mukminun
100
10
Al Infithar
9
3
Al Syu’ara
15, 62
11
Al Muhafifin
7,14,15,18
4
Saba
27
12
Al Fajr
17,21
5
Al Ma’arij
15,39
13
Al ‘alaq
6,15,9
6
Al Mudasir
16,32,53,54
14
Al takasur
3,4,5
7
Al Qiyamah
11,20,26
15
Al Humazah
4
8
An Naba
4,5




c.       Tiap-tiap surat yang terdapat padannya seruan dengan “Ya ayyuhan naasu” dan tidak terdapat padanya “ya ayyuhalladziina amanu” adalah surat Makkiyah, terkecuali surat al Hajji yang diakhirnya terdapat Ya ayyuhalladzina amanu...........................(S.22: al Hajj ayat 77).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
d.       Tiap-tiap surat yang terdapat padanya kisah Nabi-nabi dan umat-umat yang telah lalu, maka surat itu adalah surat makkiyah, terkecuali surat al Baqoroh.
e.       Tiap-tiap surat yang terdapat padanya kisah Adam dan iblis, maka surat itu adalah Makkiyah kecuali surat al Baqarah.
f.       Tiap-tiap surat yang dimulai dengan huruf al Tahajji, maka surat itu adalah surat Makkiyah, terkecuali surat al Baqarah dan Ali Imran. Mengenai surat al ra’du ada dua pendapat jika dilihat dari segi uslub dan temannya, maka dia lebih tepat kita katakan surat Makkiyah. Sebagian ulama mengatakkan Madaniyah.[4]
2.      Berdasar uslub (gaya bahasa) mempunyai ciri sebagai berikut:
a.       Ayat-ayat dan surat-suratnya pendek-pendek dibarengi kata-kata yang mngessankan sekali, pernyataannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hati, dan maknannya pun meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah.
b.      Ajakan kepada tauhid, ibadah kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat, surga, neraka, argumentasi terhadap orang musyrik.
c.       Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak mulia yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim serta zalim, menguburkan anak perempuan hidup-hidup.
d.      Banyak menyebutkan kisah nabi dan umat-umat terdahulu  sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka, dan sebagai hiburan bagi Rasulullah sehingga ia tabah dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.[5]
Untuk mengetahui ciri-ciri  khas surat atau ayat Madaniyah adalah sebagai berikut:
1.      Berdasarkan Dlabith qiyasy (segi lafal):
a.       Tiap-tiap surat yang di dalamnya ada keizinan perang, atau ada penerangan tentang hal perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya.
b.      Tiap-tiap surat yang didalamnya terdapat penjelasan faroid, had, hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan, dan kenegaraan.
c.       Tiap-tiap surat yang di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik, dinamakan surat madaniyah. Terkecuali aurat al ankabut yagn diturunkan di Mekkah. Sebelas ayat yang pertama adalalh ayat madaniyah , di dalamnya menjelaskan tentang orang-orang munafik.
d.      Tiap-tiap surat yang di dalamnya di debat orang-orang ahli kitab dan mereka diajak kepada tidak berlebih-lebihan dalam beragama seperti kita dapati dalam surat al baqarah, an nisa, al imran, at taubah, dan lain-lain. Maka surat itu adalah surat madaniyah.[6]
2.      Berdasarkan uslub (gaya bahasa) dan kontennya
a.       Pada umumnya surah madaniyah berisi atau berbicara mengenai penetapan hukum-hukum syari’ah, ibadah, muamalah, sanksi-sanksi dan kewajiban-kewajiban serta hukum jihad dan atau sosial kemasyarakatan dan lain sebagainya.
b.      Berbicara masalah orang-orang munafik dalam sifat-sifat mereka, menguak rahasia-rahasianya, serta menjalankan tipu daya, hasutan-hasutan orang-orang munafik. Seperti tercantum dalam surat:
1)      QS. Al Ahzab:12
وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا (12)
2)      QS. An Nisaa:61
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
c.       Surah madaniyah menampilkan sosok orang-orang ahli kitab, Yahudi, Nasrani, dengan menjelaskan kekeliruan dan penyelewengan-penyelewengan meraka terhadap agama Allah yang mereka peluk dan kitab-kitab Allah yang mereka ubah. Surat Madaniyah juga menyingkap sifat-sifat licik mereka yang berusaha memperdaya islam, karena penduduk Masinah mayoritas penduduknya orang-orang Yahudi dan nasrani, selanjutnya al Quran menunjukan kepada akidah yang benar dan mengajak mereka dengan bukti yang jelas dan arrgumentatif.
d.      Surah Madaniyah berisi hukum-hukum kemasyarakatan, kenegaraan, seperti mengutamakan prinsip  musyawarah, kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan, pergaulan, dan lain sebagainya.
e.       Surah Madaniyah berisi hukum keluarga mengenai masalah nikah, talak, hadlanah, nafkah, dan sebagainya. Juga muamalah seperti jual beli, sewa menyewa, hutang piutang, gadai dan lain-lain.[7]

Dari ciri-ciri surah Madaniyah dan Makiyah yang sangat berbeda tersebut, menunjukan bahwa al Quran sangat memperhatikan subjek yang menjadi lawan bicaranya, jadi khitab yagn disampaikan penduduk Mekaah yang berkarakter keras, sombong dan hidup di lingkungan yang keras dan Jahiliyah berbeda dengan khitab yang disampaikan kepada penduduk Madinah dimana penduduknya sudah baanyak yang beriman, kemudian berkumpulnya hetrogenitas kaum Yahudi dan Nasrani yang telah beragama, namun telah diselewengkan dari ketauhidan. Kemudian untuk mengatur tata kehidupan yang mejemuk tentu membutuhkan hukum-hukum yang menjadi landasan hidup bermasyarakat, brbangsa dan bernegara.
B.     Fungsi Ilmu Makki-Madani
Dengan mempelajari ilmu Makki-Madani baik dari segi lafal maupun makna maka seorang mufasir dan mujtahid dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam memahami al Quran. beberapa fungsi dari ilmu Makki-Madani adalah sebagai berikut:
1.      Membantu menafsirkan al Quran
Dengan mengetahui kronologis al quran seorang mufasir dapat memecahkan makna kontraditif dalam dua ayat yang berbeda, yaitu dengan memecahkan konsep nasikh dan mansukh  yang hanya bisa diketahui melalui kronologi al Qur’an.[8]
2.      Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
Dengan ilmu Makkiy dan Madaniy dapat diresapi gaya bahasa Al Qur’an dalam metode-metode berdakwah menuju jalan Allah. Sebab situasi dan kondisi yang berbeda harus dihadapi dengan bahasa dan metode tersendiri. Al Quran mempunyai gaya bahasa yang berbeda ketika menyeru kepada orang-orang beriman, ahli kitab, orang-orang  kafir, munafik, orang musyrik dan lain-lain.[9] Periodisasi Makkiyah dan Madaniyah telah memberikan contoh itu.
3.      Untuk menanamkan keimanan kepada umat  dari sudut sejarah mengenai keabsahan al Quran. karena al Quran sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT, dan Allah njaamin akan kemurniannya, bersih dari penyimpangan dan perubahan. Hal ini mendorong para ulama untuk mengetahui dan mengkaji asbabun nuzul dari ayat-ayat al Quran, sehingga diketaahui situasi dan kondisi ketika ayat itu diturunkan, misalnya ayat tertentu diturunkan siang hari, malam hari, di tempat nabi tinggal, atau dalam perjalanan pada misim dingin, musim panas dan sebagainya.
4.      Kemudian dari sejaraah itu juga dapat mengikuti jejak Rosulullah, bagaimana ketika beliau berdakwah di Makkah dan bagaimana cara beliau berdakwah di Madinah. Ada keteladanan pada rosulullah dengan kesabarannya, keteguhan hatinya, dalam memperbaiki kondisi umatnya. Kemudian ketika di Madinah ada keteladanan Jiwa kepemimpinan Rasulllah SAW yang sangat arif bijaksana, tegas, disiplin, adil dan bersahaja.
5.      Melalui ilmu Makki dan Madani  dapat diketahui dan dijelaskan tingkat perhatian kaum muslimin terhadap al Quran termasuk di dalamnya hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang:
a.       Sejarah pembentukan sesuatu hukum (tarikh tasyri’)
b.      Hikmah pensyariatan (hikmah al taasyri’)
c.       Fase-fase pembebanannya (al tadaruj fi al taklif)
Contoh pensyariatan hukum keharaman khamar, mula-mula ada di QS al Baqarah:219. Lalu QS. An Nisa:43, kemudian di tegaskan dalam QS al Maidah:90.
a.       QS. Al Baqarah 219
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ (219) 
b.    QS an Nisa :43
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا (43)




c.       QS. Al Maidah;90
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
C.    Aplikasi Makki-Madani dalam Penafsiran Al-Quran
Adanya ilmu makki madani dapat diaplikasikan dalam penafsiran ayat-ayat al Quran, seperti contoh:
1.      Para ulama menafsirkan ayat-ayat surat al Makki dengan meninjau gaya bahasa dan suasana ayat ketika ayat tersebut diterima Rasulullah SAW. Misalnya :
إ الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى  (النجم : 32)
Yaitu orang yang menjauhi dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas ampunanNya. Dan dia lebih mengetahui (tentang keadaan mu) ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibuu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa.
        As suyuti mengatakan: perbuatan keji adalah setiap dosa yang ada sanksinya. Dosa-dosa besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan kecil adalah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa di atas. Sedang di Makkah belum ada sanksi yang serupa dengannya. Jadi ayat ini diturunkan di Madinah tetapi hukumnya Makkiyah.
2.      Ayat yang diturunkan di Madinah sedang hukumnya Makki. Mereka memberi contoh dengan surat al Mumtahanah. Surat ini diturunkan di Madinah dilihat dari segi tempat turunnya : tetapi seruannya ditunjukan kepada orang musyrik penduduk Mekkah, juga seperti permulaan surat al bara’ah yang diturunkan di Madinah, tetapi seruannya di tunjukan kepada orang-orang Musyrik penduduk Mekah.
سورة الممتحنة
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ (1) إِنْ يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاءً وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ (2)
3.      Ada juga ayat-ayat yang masuk kategori surah Madaniyah tetapi ayat tersebut mempunyai ciri-ciri dan gaya bahasa Makkiyah. Seperti QS al Anfal 32.[10]
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32
Dan( ingatlah)  ketika mereka orang –orang musyrik berkata: “ya Allah jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, dan datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” Hal ini mengingatkan kepada permintaan kaum Musyrikin untuk disegerakan azab itu adalah di Makkah.
4.      Ayat yang turunnya di Makkah sedang hukumnya Madani.contoh QS. Al-Hujurat 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)
Ayat ini diturunkan di Mekah pada hari penaklukan kota Mekah, tapi sebenarnya Madaniyah karena diturunkan sesudah hijrah, di samping itu, seruannya bersifat umum. Ayat seperti ini oleh para ulama tidak dinamakan Makki dan tidak juga dinamakan Madani secara pasti. Tetapi mereka mengatakan ayat yang diturunkan di Mekkah sedangkan hukumnya Madani.
5.      Ayat yang dibawa dari Mekkah ke Madinah. Contohnya ialah surat al a’la. Diriwayatkan oleh Bukhori dari al-Barra bin ‘Azib yang mengatakan:” orang yang pertama kali datang kepada kami  dari para sahabat Nabi adalah Mus’ab bin ‘Umair dan Ibn Ummi Maktum. Keduanya membacakan Al Quran kepada kami. Sesudah itu datanglah ‘Amar, Bilal,  Sa’d. kemudian datang pula Umar bin Khotob sebagai orang yang kedua puluh. Baru setelah itu datanglah Nabi. Aku melihat penduduk Madinah bergembira setelah aku membacakan sabihisma rabbikal a’la dari antara surah yang semisal dengannya.” Pengertian ini cocok dengan al Quran yang dibawa oleh golongan Muhajirin, lalu mereka ajarkan kepada kaum ansar.     
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى (1) الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى (2) وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى (3) وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى (4) فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى (5) سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى (6) إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى (7) وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى (8) فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى (9) سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى (10) وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى (11) الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى (12) ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (13) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (51]
6.      Yang dibawa dari Madinah ke Mekkah. Yaitu awal surat al Bara’ah, yaitu ketika Rasulullah memerintahkan kepada Abu bakar untuk berhaji pada tahun ke sembilan. Ketika awal surat al bara’ah turun Nabi memerintahkan Ali Bin Abi Thalib untuk membawa ayat tersebut kepada Abu Bakar, agar ia sampaikan kepada kaum Musyrikin. Maka Abu bakar membacakannya kepada mereka dan mengumumkan bahwa setelah tahun ini tidak seorang musyrikpun diperbolehkan berhaji.

بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (1



































BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Secara sederhana didefinisikan bahwa surat al Makkiyah adalah surat-surat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebelum hijrah ke Madinah. Sedangkan Al Madaniayah adalah surat-surat yagn diturunkan kepada Nabi SAW sesudah hijrah ke Madinah.
Surat al Makkyah dan al Madaniyah mempunyai ciri-ciri khusus, walaupun ada perbedaan pendapat diantara para ulama dalam menentukan ciri-ciri khas tersebut. Namun, ada prinsip bahw ayat Makkiyahbergaya tegas, cendrung keras, mengajak pada ketauhida. Sedangkan ayat Madaniyah bergaya bahsa datar, cendrung berlogika, dan ajakannya bersifat persuasive, lebih menguatkan kepada ketauhidan, dan mencakup tatanan kekeluargaan, sosial dan kenegaraan.
2.      Fungsi dari ilmu tentang Makiyah dan Madaniah adalah untuk membantu dalam menafsirkan al Quran, pedoman bagi langkah-langkah dakwah, memberi informasi tentang sirah kenabian dan lain sebgainya.
3.      Aplikasi dari Makki-Madani dalam penafsiran al Quran adalah ayat-ayat Makiyah dalam surat Madaniyah, ayat-ayat Madaniayh dalam surat Makiyah, yang diturunkandi Mekkah sedangkan hukumnya Madani, yang di diturunkan di Madani sedangkan hukumnya Makiyah, yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah dalam kelompok Madani dan lain sebagainya.








DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, Ulum Al Quran Untuk UIN, Stain, dan Ptais. Bandung. Pustaka Setia, 2000
Al- Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an ter Mudzakir. Bogor,  Pustaka Litera Antar Nusa,  2013.
Fadhlol Dkk, Studi Al-Qur’an Teori dan Metodologi. Yogyakarta, Idea Pres Yogyakarta 2011.
Quthan, Mana’ul, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an I.  Jakarta, Rineka Cipta 1993.
Shomiyatun Dkk, Studi Al-Qur’an & Hadis  . Yogyakarta, Kopertais Wilayah III UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012.




[1] Ahmad Fadlol dkk. Studi Al-Quran Teori dan Metodologi (Yogyakarta:,Idea Pres 2011). Hlm. 69.

[2] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran   terjemahan Mudzakir(Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2013). Hlm. 85
[3] Ahmad Fadlol dkk. Studi Al-Quran Teori dan Metodologi…………………………….hlm 74.
[4] Ibid, hlm 76
[5] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran   terjemahan Mudzakir(Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2013). Hlm. 87.
[6] Fandholin, Al-Quran Teori dan Metodologi…………………………….hlm 75
[7] Ibid halm.76
[8] Manaul Quthan, Pembahasan Ilmu Al –Quran.(Rineka Cipta). Halm 61.
[9] Fandholin, dkk Al-Quran Teori dan Metodologi…………………………….hlm 77.
[10] Manna Khalil al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al Quran,,,...........halm 76.vvv

Tidak ada komentar:

Posting Komentar