BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sejalan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi membuat arus globalisasi sudah tak dapat
dihindari lagi. Globaliasi memberikan dampak positif yang cukup besar dengan
adanya kemudahan dalam akses informasi. Dengan adanya kemudahan dalam akses
global membuat kuatnya daya saing internasional sehingga memicu perkembangan
manusia dengan cukup pesat, karena manusia dituntut untuk lebih banyak belajar,
lebih bekerja keras untuk memenuhi tantangan global.
Disamping dampak
positif tersebut globalisasi juga memberikan dampak negatif, seperti
berkurangnya nilai moral dan spiritual. Dampak psikis inilah yang seharusnya
dikurangi dan dihindari dengan adanya pembinaan dan konseling. Dari adanya
bimbingan dan arahan yang tepat, maka akan mewujudkan sumberdaya manusia yang
baik dan siap bersaing didunia global.
Pengembangan dan
penguasaan ilmu pengetahuan, kemampuan berpikir dan ketrampilan diperoleh
melalui pembelajaran dan pengajaran disekolah. Sedangkan kemampuan untuk
mengembangkan dan mengarahkan kepribadian, psikologi dan aspek sosial diperoleh
dengan adanya bimbingan dan konselin disekolah. Jadi adanya bimbingan dan
Konseling sangalah penting bagi terciptanya manusia berdaya saing tinggi dan
bermoral yang mulia.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam makalah
ini kami berusaha mengkaji lebih dalam mengenai masalah-masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Bimbingan dan Konseling dan
pengertian perkembangan?
2. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?
3. Apa
kaitan antara Bimbingan dan Konseling dengan perkembangan?
C.
Manfaat
makalah
Dari makalah ini
kami berharap pembaca dapat mengambil manfaat sebagai berikut:
1. Dapat
mengetahui pengertian Bimbingan dan Konseling dan pengertian perkembangan.
2. Dapat
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan.
3. Dapat
mengetahui kaitan antara Bimbingan dan Konseling dengan perkembangan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bimbingan Konseling dan Pengertian Perkembangan
1. Pengertian
bimbingan dan konseling
Bimbingan dan
konseling (guidance and counseling)
berasal dari dua kata yaitu bimbingan (guidance)
dan konseling (counseling). Bimbingan
(guidance) yang merupakan suatu
program untuk membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan
situasi yang dihadapi dan perencanaan
masa depan. Hamrin dan Erickson mengemukakan bahwa:”bimbingan merupakan salah
satu aspek dari program pendidikan diarahkan terutama pada membantu para
peserta didik agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya saat
ini dan dapat merencanakan masa depannya sesuai minat, kemampuan dan kebutuhan
sosialnya.”[1]
Bimbingan
merupakan layanan yang bersifat profesional yang diberikan oleh para konselor
yang memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian dalam bidang pembimbingan.
Para peserta didik yang sedang belajar diberbagai jenjang pendidikan masih
berada dalam tahap perkembangan. Mereka sedang berusaha mengembangkan semua
potensi dan kemampuannya. Perkembangan yang dimaksud adalah perkembangan yang
mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, aspek intelektual, aspek sosial,
aspek fisik-motorik, dan afektif.
Perkembangan ini
berjalan terus menerus. Adakalanya perkembangan tersebut dapat dicapai dengan
mudah tanpa bantuan orang lain, akan tetapi kadang juga ditemukan kesulitan
didalam prosesnya sehingga membutuhkan bantuan orang lain. Setiap individu
memiliki tingkat kemudahan dan kesukaran yang berbeda satu sama lain. Dan
disinilah peran konselor dibutuhkan.
Konseling (counseling) merupakan salah satu layanan atau tehnik yang digunakan dalam
melakukan bimbingan, konseling merupakan layanan atau tehnik kunci yang paling
penting dalam proses pembimbingan seperi halnya yang dikemukakan oleh Tolbert.
Konseling sering juga disebut
sebagai jantung dari bimbingan (counseling
is the heart of guidance), konseling sebagai inti bimbingan (counseling is the core of guidance).
Konseling dianggap demikian penting adalah karena merupakan suatu layanan atau
tehnik bimbingan yang bersifat terapeutik (therapeutic) atau bersifat
menyembuhkan (curative). Dewasa ini konsep-konsep konseling menjadi lebih luas
tidak hanya terapeutik tetapi juga bersifat informatif dan aktifitas kelompok.
Bimbingan dan konseling memiliki
fungsi yang berbeda dengan kurikulum pengajaran. Kurikulum mengembangkan aspek
intelektual, sosial, afektif dan fisik motorik berkenaan dengan materi
pengajaran yang mengarah pada penguasaan materi akademik, vokasional dan
profesional. Sedangkan bimbingan dan konseling mengarah pada pengembangan
kepribadian, kompetensi dan sosial.
2. Pengertian
perkembangan
Perkembangan merupakan suatu
perubahan progresif yang merupakan suatu proses menuju kematangan dan belajar.
Perkembangan tidak hanya yang berupa perubahan fisik seperti pertambahan tinggi
dan bentuk badan, pertambahan usia atau peningkatan kemampuan semata. Akan
tetapi merupakan proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang demikian
kompleks. Semua perubahan dalam proses perkembangan tersebut terjadi dengan
tujuan untuk memungkinkan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Perkembangan meliputi perkembangan
fisik dan perkembangan psikis. Perkembangan fisik mengarah pada kematangan
biologis individu. Sedangkan kematangan psikis mengarah pada kematangan
individu secara psikologis. Dalam hal ini bimbingan dan konseling lebih
mengarah dalam bimbingan secara psikologis.
B.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan
Faktor perkembangan manusia
dipengaruhi oleh hereditas (pembawaan/keturunan), lingkungan, dan kematangan
individu.
1. Hereditas
(pembawaan/keturunan)
Hereditas atau pembawaan merupakan
faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini pembawaan
diartikan sebagai “totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua
kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sejak masa konsepsi (masa pembuahan ovum oleh sperma) sebagai
pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.”[2]
Manusia membawa bekal pembawaan
dari orang tua melalui proses biologis. Bekal keturunan yang paling dasar
bersifat universal sehingga manusia yang
satu memiliki kesamaan dengan manusia yang lain dalam perbekalan fisik dan
psikisnya. Misalnya seperti bentuk badan yang tegap, dapat berjalan tegak,
dapat melihat, duduk, melihat, berfikir, berperasaan dan berkemauan seperti
layaknya manusia pada umumnya. Namun dari bekal pembawaan itu jugalah manusia
juga memiliki ciri fisik dan psikis yang khusus untuk dirinya sendiri misalnya
seperti bentuk konstitusi jasmani tersendiri, habitus sendiri, vitalitas psikis
sendiri,tempramennya sendiri, dan taraf inteligensinya sendiri.
Konstitusi tubuh berupa sel-sel
tubuh, susunan jaringan, cairan tubuh, dan susunan kimiawi, imunitas dan
lain-lain yang bersifat individual. Habitus merupakan bentuk khas pada setiap
manusia yang berupa hal-hal fisik akan tetapi berpengaruh juga dalam alam
batiniyah seseorang. Vitalitas adalah daya tahan dan kemampuan memulihkan diri
setelah merasa lelah atau lesu, vitalitas ini adalah faktor psikis namun yang
menentukan apakah manusia akan merasa sehat atau sakit, lemah atau kuat.
Tempramen menunjukkan pada sifat-sifat umum perasaan manusia.
2. Lingkungan
Setiap individu berinteraksi dengan
manusia lain dalam lingkungannya. Mulai dari lingkungan terkecil berupa
keluarga hingga lingkungan masyarakat luas. Urie Bronfrenbrenner dan Ann
Crouter mengemukakan bahwa lingkungan merupakan “berbagai peristiwa, situasi,
atau kondisi diluar organisme yang diduga memegaruhi atau dipegaruhi oleh
perkembangan individu.”[3]
Manusia memiliki hereditas sosial yang
diberikan oleh lingkungan sosial dimana dia hidup dan dibesarkan. Adat dan
budaya yang ada dilingkungannya akan mempengaruhi tata cara berikir dan
bertindak.
3. Kematangan
individu
Saat manusia berkembang, dia akan
semakin sadar akan dirinya dan perannya dalam perkembangan diri sendiri. Dia
akan mengambil sikapnya sendiri dalam mengolah bekal bawaan yang dimilikinya.
Selama proses perkembangangannya manusia akan belajar secara aktif untuk mulai
mengolah bekal hereditas dan lingkungannya. Peran aktif individu inilah yang
akan menjadi unsur pokok dalam membentuk sifat-sifat psikologis pada
kepribadiannya sendiri terutama watak dan karakternya.
C.
Kaitan
Antara Bimbingan dan Konseling Dengan Perkembangan
Anak maupun remaja yang mengikuti
pendidikan disekolah semuanya masih dalam prose perkembangan. Baik itu
perkembangan kepribadian, perkembangan intelektual maupun perkembangan sosial. Perkembangan
aspek-aspek itu akan berlangsung secara berkala dan terus menerus dan dalam
prosesnya aspek-aspek akan saling bekerjasama membentuk satu kesatuan
(integrasi). Integrasi ini akan terjadi secara alamiyah melalui proses belajar,
baik belajar atas hasil usaha sendiri maupun berkat bantuan orang lain misalnya
guru, orang tua, kakak, dll.
Dalam proses belajar tersebut
terkadang muncul hambatan dan gangguan terutama pada masa-masa degil, masa
avonturir, dan masa pubertas. Masa degil adalah masa usia 5-6 tahun. Pada masa
ini muncul sifat keras kepala pada anak, susah diperintah, suka menentang,
tidak patuh. Contohnya adalah susah disuruh mandi, keinginannya susah ditolak,
suka mengganggu adik, dll.
Masa Avonturir adalah masa usia 11-12 tahun dimana anak lebih
suka berkumpul dan berkelana bersama teman-teman sebayanya (peer group).
Misalnya jalan-jalan, mencari kerang, berburu, dll. Sedangkan masa pubertas
adalah masa usia 12-17 tahun, tetapi puncaknya adalah pada usia 15 tahun. Masa
itu disebut “strum and drang” masa topan dan gejolak. Pada masa ini emosi
remaja sangat labil, mereka juga kaya akan fantasi. Terkadang mereka berfikir
sangat rasional tetapi kadang juga irrasional.
Diusia ini remaja akan mulai
tertarik pada lawan jenisnya, dan mulai
menaruh perhatian pada penampilan. Mereka akan mulai mengarah pada
masalah-masalah seksual. Pada masa inilah yang menjadi masa paling rawan bagi
remaja, bila dia dapat melaluinya denga baik tanpa terjerumus pada hal-hal yang
negatif maka mereka akan dapat menjalani masa perkembangan selanjutnya dengan
baik. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu pihak yang membantu
mengarahkan peserta didik untuk dapat melewati masa-masa rawan tersebut. sehingga
mereka dapat mengembangkan minat dan bakatnya.
Untuk membantu anak-anak dan remaja
dalam mengembangkan dan mengarahkan pengembangan kepribadiannya yang
terintegrasi secara harmonis dan mengatasi goncangan-goncangan psikologis dalam
menghadapi pengaruh negatif dari lingkungan
dibutuhkan pembimbingan dan konseling yang baik dari konselor yang ahli
dan profesional dibidangnya. Selain itu juga kerjasama dari orang tua, guru,
dan para ahli psikologi yang lainnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Bimbingan (guidance) yang merupakan suatu program
untuk membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi dan perencanaan masa depan.
2.
Konseling (counseling) merupakan salah satu layanan atau tehnik yang digunakan dalam
melakukan bimbingan.
3.
Konseling
dianggap demikian penting adalah karena merupakan suatu layanan atau tehnik
bimbingan yang bersifat terapeutik (therapeutic) atau bersifat menyembuhkan
(curative).
4.
Perkembangan merupakan
suatu perubahan progresif yang merupakan suatu proses menuju kematangan dan
belajar.
5.
Faktor
perkembangan manusia dipengaruhi oleh hereditas (pembawaan/keturunan),
lingkungan (berbagai peristiwa, situasi, atau kondisi diluar organisme), dan
kematangan individu(hasil dari proses belajar individu).
6.
Kaitan bimbingan
konseling dengan perkembangan adalah untuk mengarahkan dan membimbing peserta
didik dalam melewati fase-fase belajarnya, sehingga tidak terjerumus hal-hal
negatif dan mampu mengembangkan diri sesuai minat dan bakatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sukmadinata.
Nana Saudih. 2007. Bimbingan Konseling dalam Praktik Mengembangkan potensi dan
Kepribadian Siswa. Bandung: MAESTRO.
Lumongga
Lubis. Namora. 2011. Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik.
Jakarta: Kencana.
Yusuf.
Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Ridwan.
2008. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
W.s.
Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.